Pada Hari Minggu Komunikasi Sedunia ini, Paus Fransiskus menyampaikan pesan dengan judul “Datang dan Lihatlah!” Kalau Anda mau membaca teksnya, silakan klik tautan ini, bisa lihat versi bahasa lainnya juga. Judulnya dikutip dari teks Yoh 1,46. Tentu saja, Paus menekankan pentingnya melihat dengan pancaindra, pentingnya perjumpaan fisik dalam komunikasi. Betapapun awalnya kelon alias kelas online mengasikkan, lama-kelamaan mahasiswa dan dosen bukan cuma bosan, melainkan juga merasa semakin ribet dengan tetek bengek koneksi dan aplikasi dan rasanya tetap kurang afdol dibandingkan dengan perjumpaan fisik dengan dosen dan mahasiswa lain.
Meskipun demikian, Paus tidak sedang bicara tentang komunikasi pada umumnya. Beliau bicara mengenai komunikasi iman dalam dimensi sosial hidup manusia. Lalu, kalau beliau membahas komunikasi iman, itu pertama-tama perkara mengomunikasikan kabar gembira, alih-alih perkara menyebarkan agama (Katolik). Komunikasi iman adalah bentuk keterlibatan konkret dalam hidup nyata, yang butuh perjumpaan fisik, yang menggerakkan fisik orang supaya hidup ini klop dengan kabar gembira tadi.
Teknologi memperpanjang pancaindra manusia untuk kontak dengan dunia, tetapi kadang-kadang dunianya sendiri juga sudah dimanipulasi oleh teknologi. Sekarang sudah ada wahana rekreasi semacam cinema 8 atau 9 dimensi supaya orang bisa mengalami berbagai sensasi: dinginnya gunung bersalju, ngeri-ngeri sedapnya rumah berhantu, atau mungkin sakitnya tertimpuk batu. Entahlah.
Akan tetapi, itu hanyalah kenyataan yang dibatasi oleh ruang-waktu tertentu: waktu liburan di bioskop sekian dimensi. Dimensinya bisa ditambahi berapa pun seturut kreativitas pembuatnya. Pancaindranya ya sebetulnya tetap segitu aja. Nah, barangkali ini perlu dicamkan untuk memahami pesan Paus Fransiskus ini. Andaikanlah Anda pergi ke wahana 10 dimensi dan gembira setengah mati selama lima sampai lima belas menit. Sekeluar dari bilik bioskop 10 dimensi itu, bagaimana kegembiraan itu bisa bertahan?
Anda perlu menambahkan dimensi ke-11: dimensi iman. Jika tidak, kegembiraan tadi ambyar. Bagaimana tidak? Baru saja keluar dari bioskop hamparan bunga mewangi, hidung Anda langsung tersengat bau daun kentut (orang sebelah)!
Lha tapi apa hubungannya dimensi iman dengan kentut orang lain ya?
Kentut orang lain itu, pada umumnya, jadi simbol hal yang tak mengenakkan indra penciuman. Kalau diparalelkan dengan indra lain, kentut itu bisa jadi adalah kontras antara gedung mewah dan kampung kumuh, antara militer bersenjata dan rakyat sipil yang menderita, antara khotbah muluk dan perilaku busuk, dan seterusnya.
Dimensi iman menggerakkan orang untuk berbuat sesuatu mengatasi (bau) kentut tadi, bukan untuk cari selamat sendiri, melainkan supaya hidup seluruhnya lebih menggembirakan juga dengan prinsip keadilan seturut kehendak Allah (yang mesti dicari bersama).
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya hidup kami boleh jadi komunikasi cinta-Mu. Amin.
MINGGU PASKA VII B/1
Hari Minggu Komunikasi Sedunia
16 Mei 2021
Kis 1,15-17.20a.20c-26
1Yoh 4,11-16
Yoh 17,11b-19
Posting 2018: Jalan Gabener
Posting 2015: Bukan Pupuk Bawang
Categories: Daily Reflection