What to Deliver

Sebetulnya kenapa sih kemunafikan itu berkonotasi negatif sehingga Guru dari Nazareth itu tampak gemes banget sama ahli kitab suci dan kaum Farisi? Kata ὑποκρίσεως (hypokriseōs, pada ayat 28) ini malah berhubungan erat dengan keterampilan berpidato . Bukannya malah awesome ya kalau orang punya keterampilan hypokriseōs itu? Dalam bahasa Inggris, kata Yunani itu kerap diterjemahkan dengan kata delivery. Pada Oxford Advanced Learner’s Dictionary diterangkan arti delivery itu begini: the way in which somebody speaks, sings a song, etc. in public. Jadi, ini perkara public speaking atau public performance toh ya? Semakin munafik, semakin baik dong ya?😆

Konon Aristoteles berpendapat bahwa delivery yang baik itu lebih menekankan what to speak/perform daripada how to speak/perform. Barangkali pertanyaan tadi bisa dijawab dengan mempertimbangkan pendapat Aristoteles ini. Ahli Taurat dan kaum Farisi itu rupanya piawai dalam how to perform tetapi gagap dalam menguasai what to perform. Apakah itu eksklusif milik Ahli Taurat dan kaum Farisi? Kebanyakan orang beragama ya gitu deh: berlomba-lomba menampilkan how daripada menyampaikan what! Tak berbeda jauh dari orang-orang atau lembaga yang mengejar rating di mata dunia (lha ya mau di mata siapa lagi wong yang peduli rating ya dunia ini kok).

Ini berbagi cerita saja ya sewaktu dulu berjibaku dengan bahasa Italia lantaran cuma punya waktu beberapa minggu mempelajarinya sebelum kuliah. Ketika berkenalan dengan seorang wartawan senior dan dia tahu saya dari gèng internasional njuk segera memberi pujian: “Wah jadi kamu orang hebat nih, orang-orang gèngmu dari dulu hebat-hebat semua!” Dan saya sebentar jadi munafik dengan tawa dan komentar ringan “Yang hebat mereka, bukan saya” sembari dalam batin berteriak,”Hebat gundhulmu!”

Tidak sedikit orang mendompleng kejayaan masa lalu: keluarganya, kampungnya, agamanya, negaranya, dan seterusnya. Alih-alih melihat dan mengajak orang melihat bagaimana Allah bekerja dalam sejarah, mereka ini memakai label untuk menggelembungkan keluarga, kampung, agama, negara, dan seterusnya tadi. Keluargakulah yang berjasa. Kampungkulah pelopornya. Agamakulah yang membuat semua damai. Negarakulah yang jadi contoh. Itu semua adalah ranah how to deliver, untuk meyakinkan publik bahwa memang begitu kenyataannya.

Pun jika agamanya terbukti piawai dalam perkara how to perform, sesungguhnya, seperti kata Aristoteles tadi, cepat-cepat orang mesti mawas diri mengenai what to perform: apakah yang ditunjukkan itu kehebatan Allah, atau agamanya, keluarganya, kampungnya, dan seterusnya. Bahkan, jika orang memberi kesaksian di depan publik mengenai kehebatan Allah pun, ia tetap terus mawas diri apakah benar yang disampaikannya itu kebesaran Allah, atau ada agenda lain, kebesaran dirinya, yang ndompleng dalam performancenya.

Tuhan, mohon rahmat kerendahhatian supaya yang kami persaksikan ialah sungguh kerahiman-Mu alih-alih kemahiran  kami. Amin.


RABU BIASA XXI B/1
25 Agustus 2021

1Tes 2,9-13
Mat 23,27-32

Rabu Biasa XXI C/1 2019: Determinasi
Rabu Biasa XXI B/1 2015: Roman Collar, Wow…