Dua poin saja saya tawarkan. Pertama, soal kemuliaan. Kedua, perkara perintah baru. Yang pertama, seperti sudah kerap saya singgung: pada momen-momen apa Anda merasa dipermuliakan? Barangkali itu juga yang menjadi godaan bagi Guru dari Nazareth. Maksud saya, Anda tak perlu mengira bahwa godaan itu absen dari Sang Guru, yang dianggap tanpa dosa. Kenapa? Karena tanpa dosa itu ‘cuma’ perkara tidak jatuh dalam godaan. Godaannya sendiri ada sepanjang segala abad di sana maupun di sini. Sekali lagi: konsep kemuliaan apakah yang Anda pertahankan dalam hidup Anda?
Yang kedua, tak sedikit orang beranggapan, sifat baru adalah soal eliminasi yang jadul-jadul. Istilah gampangnya supersessionist [gampang mbahmu, Mo]. Celakanya, semua-muanya mau diganti, bukan cuma bentuknya. Padahal, bisa jadi yang perlu diganti malah substansinya. Sebaliknya, khususnya dalam perkara agama, mungkin bukan substansinya yang perlu diganti, melainkan bentuknya.
Barangkali perintah baru Yesus perlu dicermati isi dan bentuknya. Baik Yesus dan Yudas sama-sama mencari kemuliaan, tetapi sementara Yudas menyelinap dalam kuasa gelap untuk berkhianat, Yesus memberikan dirinya dalam khidmat: kita manusia ini sudah selayaknyalah saling mengasihi. Wujudnya sederhana dan tidak berpretensi membangun gerombolan-gerombolan kolosal penguasa dunia. Itulah yang disiratkan dalam teks bacaan pertama, bagaimana para ‘uskup’ itu melakukan safari, bukan untuk mencari simpati tifosi, melainkan untuk memberi peneguhan bagi orang beriman, meyakinkan bahwa komunitas-komunitas kecil umat beriman berfungsi: bisa berdoa bersama, berpuasa, bertekun dalam iman, juga dalam kesusahan.
Saya beberapa kali mengikuti misa daring dan yang berkhotbah adalah seorang diakon permanen: bukan (calon) pastor, bukan juga biarawan, melainkan seorang suami dengan beberapa anak. Tugasnya sebagai diakon tidak banyak: melayani mereka yang sakit, menjadi teman bagi para narapidana. Bisa jadi orang ini diakon-akon bin disuruh-suruh untuk ini itu, tetapi saya yakin, dia menerima perintah-perintah itu datang bukan lagi dari orang lain, melainkan dari cinta Allah sendiri yang senantiasa melambai-lambai untuk diwujudkan dalam hidup konkret.
“Dari mana dapat duitnya untuk pelayanan itu ya?”
Pertanyaan seperti itu mengindikasikan ada yang tak berfungsi dalam komunitas jemaat, dan perintah baru Yesus tak ada maknanya.
Tuhan, mohon rahmat supaya kemuliaan-Mu senantiasa tampak dalam pelayanan bersama. Amin.
MINGGU PASKA V C/2
15 Mei 2022
Kis 14,21b-27
Why 21,1-5a
Yoh 13,31-33a.34-35
Posting 2019: Cinta Tanpa Kenapa
Posting 2016: Cinta Tanpa Batas
Categories: Daily Reflection