Yang Tuhan Butuhkan…

Belum lama belakangan ini kita dengar berita mengenai figur-figur yang hidupnya dekat dengan pusaran agama jebulnya terindikasi keterlibatannya dalam perilaku asusila (dalam bahasa Jawa berarti anjingyangdudukbersila). Di media sosial, katanya, juga sedang ramai ditayangkan protes bernuansa caci maki terhadap tokoh-tokoh agama. Malah, kata sumber sukarelawan intelijen, inisial nama saya juga terseret dalam bunga-bunga medsos itu. Wah, sayang sekali, kenapa cuma inisial toh ya, kok gak sisan sebut nama lengkap, kan malah asik dan jelas perkaranya. Tapi mau gimana lagi, memang salah satu prestasi kinerja ‘roh jahat’ justru terletak dalam kekaburan begitu. Kabur ke luar negeri, mengaburkan identitas, termasuk operasi wajah, bukanlah hil yang mustahal. Roh jahat butuh tameng dan topeng.

Barangkali agama itu tameng dan topeng terbaik karena dihubung-hubungkan dengan Tuhan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di jagad raya. Ironisnya, yang gampang tertipu malah orang-orang beragama sendiri, seakan-akan orang beragama ini tak lagi bisa membedakan antara Tuhan yang disembah dan agama wadah penyembahnya. Ini pinter-pinternya roh jahat sih, yang piawai mencampuradukkan dan bikin semua serba kabur.

Teks bacaan hari ini menuturkan kisah Yesus dari Nazareth yang berkunjung ke rumah keluarga yang hostnya adalah perempuan. Ini tidak lumrah dalam kultur Yahudi karena perempuan memang kanca wingking (teman belakang?) yang urusannya di bagian belakang, bukan di ruang tamu. Narasi yang cuma ada di Injil Lukas ini seakan mengatakan bahwa jika umat manusia sungguh menyambut Tuhan, tak ada lagi diskriminasi atas dasar gender, bahkan atas dasar kategori murid/rasul. Dalam narasi ini, entah para murid Yesus itu sedang keluyuran ke mana; mereka tak disebut.

Menariknya, dua perempuan yang menyambut Yesus ini punya kesibukan yang berbeda dalam menyambut tamu. Yang satu duduk mendengarkan, yang lainnya sibuk mempersiapkan sajian. Dalam gerak kisah terlihat bahwa sang tamu lebih berkenan pada sikap duduk mendengarkan daripada kesibukan mempersiapkan jamuan. Ini sama sekali tidak hendak mengatakan bahwa yang satu lebih baik daripada yang lain, tetapi bahwa yang lain itu baru mendapat maknanya jika dasarnya adalah sikap yang satu tadi.

Konon seorang dermawan berkunjung ke wilayah miskin di salah satu negara Afrika dan melihat bagaimana warga begitu kerepotan untuk mendapatkan sumber air bersih. Anak-anak biasanya mesti berjalan kaki mengambil air dari sungai yang jaraknya kurang lebih sepuluh kilometer. Warga asli ini tinggal dalam gubuk bersama, satu gubuk untuk satu keluarga yang rata-rata terdiri dari orang tua dan anak-anak yang lebih dari lima. Melihat keadaan yang memprihatinkan itu, sang dermawan menghimpun dana dan ahli untuk membangun instalasi sumber air bersih di dusun itu sehingga anak-anak tak perlu lagi berjalan kaki ngangsu air setiap hari.

Dengan teknologi canggih, sumber air tersedia di dusun itu dan dermawan ini senang karena dapat membantu warga miskin. Akan tetapi, dermawan ini keheranan setengah mati karena setelah sumber air itu tersedia, anak-anak masih juga berjalan kaki mengambil air dari sungai yang jauh itu. Akhirnya dalam pertemuan dengan warga dusun, sang dermawan menjelaskan maksud donasinya dan keheranannya karena anak-anak tetap ngangsu air. Begini jawaban salah satu warga yang diamini warga lainnya:
Bapak tidak bertanya kepada kami mengapa kami meminta anak-anak kami mengambil air di tempat yang jauh. Bapak lihat bagaimana kami setiap waktu tinggal bersama anak-anak di rumah kami, dan kami tak punya waktu tanpa anak-anak untuk menjalankan tugas kami sebagai suami istri. Jadi, kami minta mereka tetap pergi dari rumah. Wkwkwkwkwk…..
Dermawan itu sibuk dengan tindakan sajiannya, tetapi luput menangkap apa yang sesungguhnya dibutuhkan warga dusun itu.

Tuhan, mohon rahmat kepekaan untuk mendengarkan kehendak-Mu sebelum kami sibuk dengan aneka proyek hidup kami. Amin.


MINGGU BIASA XVI C/2
17 Juli 2022

Kej 18,1-10
Kol 1,24-28

Luk 10,38-42

Posting 2019: Ramah Mamah
Posting 2016: Laris tapi Tak Bermakna