Seorang dokter mungkin akan memberikan obat psikotropika untuk menyembuhkan pasien yang menderita skizofrenia. Ini adalah penyakit mental yang meluluhlantakkan infrastruktur yang menghubungkan sistem saraf pusat seseorang sehingga kacau pikirannya dan pemiliknya bisa tampil sebagai sosok berkepribadian ganda.
Bisa jadi, Anda dan saya luput dari penyakit mental seperti itu, tetapi saya ragu bahwa kita terlepas dari penyakit rohani serupa. Andaikanlah di sini mental dan rohani berbeda karena mental berkaitan dengan pikiran dan rohani berkaitan dengan rohana. Kita mungkin tidak kena mental, tapi kena rohana. Rohana di sini merujuk pada hal yang pernah ditulis Paulus: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” (Rm 7,15 ITB)
Artinya, saya percaya, kita bukan orang jahat, semua ingin melakukan kebaikan. Agama meminta kita untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi, di situlah persoalan Paulus: kok ya yang kuperbuat malah sesuatu yang kubenci! Penyakit Paulus kena rohana ini dalam bahasa Afrika disebut akèh tunggalé: banyak temannya, yaitu Anda dan saya.
Penyakit rohana ini tidak bisa disembuhkan dengan obat psikotropika, tetapi mungkin saja psikologi sangat membantu, sejauh psikologi itu menuntun kita pada kedalaman autentik hidup kita. Teks bacaan hari ini kira-kira menunjuk poin yang sama: membangun rumah pada kedalaman pondasi yang kokoh, yang tidak memberi celah pada pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dengan kata lain, Anda dan saya sungguh-sungguh harus waspada bahwa bukan setiap orang yang sedikit-sedikit menyebut nama Allah atau Bapa ialah mereka yang melakukan kehendak Tuhan. Bisa jadi, ada celah antara head, heart, dan hand. Apalagi jika ditambah ‘mulut’ di situ, mungkin celahnya makin lebar.
Semalam saya bincang-bincang dengan sahabat yang hidupnya disokong oleh daun ketapang laut dan saya ingat ensiklik Dilexit nos yang menggarisbawahi pentingnya integritas, yang juga memengaruhi kualitas kebahagiaan orang. Ada dedaunan di situ: Kenyataan batin setiap orang sering kali tersembunyi di balik banyak “dedaunan”, yang membuat kita sulit bukan saja untuk memahami diri kita sendiri, tetapi bahkan lebih sulit lagi untuk mengenal orang lain: Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? (Yer 17,9 ITB).
Tuhan, mohon rahmat kejernihan hati dan budi untuk membangun integritas diri kami. Amin.
KAMIS ADVEN I
5 Desember 2024
Posting 2019: Easy Come Easy Go
Posting 2018: Sebelas Juta
Posting 2017: Agama Porno
Posting 2016: Super Damai
Posting 2014: Menanti Timpukan Batu
