Sebagian orang berani mengklaim bahwa “Roh Tuhan” ada padanya, dan beberapa saat kemudian roh cuan mengalir kepadanya dalam bentuk lembaran dollar, mobil mewah, rumah megah, dan kemudian berdirilah rumah ibadat nan gagah bagi para donaturnya. Teks bacaan utama hari ini menunjukkan klaim yang sama, dengan mengacu pada Kitab Yesaya, tetapi orang yang mengklaim begitu berujung pada hukuman mati.
Saya kira, pada zaman now agak aneh juga jika ada orang yang ujug-ujug mengklaim bahwa Roh Tuhan ada padanya. Akan tetapi, keanehan itu tidak berarti bahwa Roh Tuhan ada pada diri seseorang. Kalau memang betul Tuhan yang bertindak, Roh-Nya bisa ada di mana-mana juga, bukan? Tidak perlu main klaim, kehadiran Roh Tuhan itu pastinya tertangkap oleh orang-orang yang memang punya atensi terhadap hidup di hadirat Allah.
Saya dengar, seorang anak muda yang dalam beberapa bulan ke depan akan dikanonisasi sebagai Santo dalam Gereja Katolik, ketika masih dalam masa bermain di PAUD, melontarkan ungkapan yang menunjukkan bahwa Roh Tuhan ada padanya. Seperti biasa, anak-anak pada masa bermainnya mestilah ada yang saling berebut mainan, termasuk si Carlo ini. Ketika mainannya direbut temannya, nenek yang membesarkannya memberi saran supaya Carlo lebih aktif untuk mengambil apa yang memang menjadi haknya, tidak diam saja mengalah. Jawaban Carlo anak balita ini mencengangkan: “Aku kira Yesus takkan gembira kalau aku kehilangan kesabaranku.”
Tentu saja, nama Yesus bisa diganti dengan nama siapa pun. Poin saya tidak terletak pada nama Yesusnya, tetapi pada referensi atau acuan model anak itu yang dalam situasi konkretnya tidak hendak mengikuti hukum rimba yang disodorkan temannya. Acuan itu ada dalam dirinya karena ia memang dibaptis sejak bayi dan dibiasakan dengan sosok model Yesus.
Orang modern boleh saja menengarai bahwa Gereja semakin ditinggalkan anak muda; terlihat dari bagaimana bangunan gereja di Eropa mulai sepi anak-anak muda dan lebih banyak orang lansia, tetapi, saya kira, Roh Tuhan tidak akan pernah lenyap dan bisa ada pada tempat atau sosok seperti Carlo kecil ini. Bahwa hal sesepele itu luput dari perhatian orang zaman now, apalagi di tengah-tengah mindset “etika mbahmu,” itu tidak menunjukkan tiadanya Roh Tuhan, tetapi gencarnya roh cuan yang mematikan indra ke-6 atau ke-7 dan seterusnya. Roh yang kedua ini seakan-akan semakin membebaskan orang untuk berbuat apa saja, tetapi lupa bahwa kebebasannya bergantung pada mantra semacam “roh cuan ada padaku.”
Tuhan, mohon rahmat kemerdekaan supaya semata cinta-Mu yang mengalir melalui keterbatasan hidup kami. Amin.
HARI BIASA SETELAH PENAMPAKAN TUHAN
Kamis, 9 Januari 2025
Posting 2021: Pro-Kontra
Posting 2020: Jangan Bodoh
Posting 2019: Kabar Gembira Hikmat
Posting 2016: Iman Jelangkung
Posting 2015: Mau Alih Profesi?
