Parokial

Published by

on

Bagaimana mungkin anak seorang guru tidak sepandai orang tuanya? Kok isa ada dua bersaudara yang karakternya bagai bumi dan langit? Bagaimana ceritanya bahwa seorang manajer perusahaan besar tak mampu mengelola keluarganya sendiri?
Posting kemarin ditutup dengan kalimat “tanpa iman, gak ada keajaiban mukjizat” dan teks bacaan hari ini menunjukkan bagaimana Yesus dari Nazareth keheranan atas ketidakpercayaan orang di kampung halamannya sendiri. Akibatnya, selain kesembuhan beberapa orang sakit, tak ada mukjizat lain di sana. Itu artinya, di kampung halaman Yesus ini, toh masih ada secuil iman yang membuka peluang mukjizat.

Pertanyaan bisa dilontarkan di situ: bagaimana mungkin orang di kampung halaman Yesus, yang mengenal baik keluarga dan sanak saudaranya di kampung, malah tidak terbuka pada iman yang menjadi dasar aneka mukjizat?
Entahlah, bisa jadi orang sekampung halaman Yesus itu melihat sepak terjang Yesus dengan perspektif kultur mereka: seharusnya anak laki-laki sulung itu mengemban tugas untuk merawat keluarga, apalagi jika kepala keluarganya sudah tiada. Yesus ini malah pergi dari kampung halamannya dan tinggal di Kapernaum dan bikin gerakan dari sana. Itu jadi seperti lingkaran setan: mau bikin gerakan di Nazareth, gak ada juga yang percaya pada gerakannya. Kalau gak ada kepercayaan pada gerakan itu, tidak ada mukjizat yang membuat mereka melihat bahwa Yesus dari Nazareth ini punya misi yang lebih besar daripada mengelola keluarga intinya.

Di situ, bisa jadi ada kesalahpahaman, dan orang yang semestinya bisa mengikuti Yesus malah tetap keukeuh dengan kultur yang jelas bersifat parokial. Kata parokial tidak perlu dilekatkan dengan wilayah administratif Gereja Katolik, tetapi bisa berarti sempit, terbatas dalam wilayah atau kategori ras, suku, agama, dan lain-lainnya. Ini tak jodoh dengan gerakan Yesus yang hendak membongkar aneka tempurung kepicikan. Meskipun berangkat dari akar rumput, gerakan Yesus ini punya misi besar kesejahteraan bersama yang tak mungkin diwujudkan dalam semangat parokial. Sepertinya pernah saya singgung juga dalam posting Jakarta – Indonesia PP.

Tuhan, mohon rahmat keterbukaan untuk memperluas wawasan hidup kami dalam cinta-Mu. Amin.


RABU BIASA IV C/1
5 Februari 2025

Ibr 12,4-7.11-15
Mrk 6,1-6

Posting 2021: Mau Bisa Mau
Posting 2019: Skandal Ignorance
Posting 2017: Tontonannya Makin Asik

Posting 2015: Disiplin Itu Gimana?

Previous Post
Next Post