Mau Bisa Mau

Kerap terjadi orang lebih spontan mengatakan “gak bisa” daripada “gak mau” ketika dituntut berubah. Akan tetapi, saat menuntut orang lain berubah, ia cenderung menganggap orang lain “gak mau” daripada “gak bisa”. Loh kok bisa gitu ya?😂 Ya bisalah, bukankah orang bertendensi hendak menyingkirkan selumbar di mata orang lain ketika matanya sendiri terhalang balok? Saya heran bahwa Guru dari Nazareth keheranan terhadap ketidakpercayaan orang kampung asalnya. Bukankah beliau ini paham bahwa tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarga dan di rumahnya sendiri?

Intermezzo, ini sama sekali bukan untuk mengatakan bahwa saya nabi. Papah saya (cah ndesa wae papah🤭) tukang kayu, cucunya juga sekolah perkayuan. Saya dulu sewaktu masih satu meter suka ikut menggergaji atau menyerut kayu. Kali lalu saya mengunjungi mereka dan saya berniat membantu tante saya (cah ndesa wae tante🤭) memotong-motong ranting untuk kayu bakar. Ada diameter ranting kayu yang besar sehingga mestinya tante saya tak cukup kuat untuk memotongnya dengan kapak.

Saya baru ngeh ada bentuk gergaji yang mirip pedang pimpinan gerombolan Badai dalam serial Listening Snow Tower: kek sabit atau clurit gitu. Puluhan tahun saya tak memegang gergaji; tak semudah yang saya bayangkan; bahkan dengan gonta-ganti gergaji. Yang menarik saya, sedang saya menggergaji itu, sebetulnya saya mendengar suara instruktur yang membuat mukjizat terjadi; tapi tips itu tak saya bocorkan di sini (lha saya mbayar je😂😂😂). Suara itu berasal dari mulut keponakan saya, dan jadilah ranting itu saya patahkan juga.

Poin saya begini. Andai saja waktu menggergaji itu saya tak mendengarkan tips keponakan saya, bisa jadi saya tak menyelesaikan penggergajian dengan mudah. Saya tak punya rasa gengsi untuk mendengarkan nasihat keponakan saya, yang memang tak pernah saya dengar keluar dari mulut papah saya (haisssh ndesa tenan). Tips itu membuat saya menggergaji with ease.

Teks bacaan hari ini mengatakan bahwa Guru dari Nazareth tak bisa bikin mukjizat. Ini bukan bahwa beliau tak mau bikin mukjizat karena jengkel pada warga kampung halamannya. Beliau mau; nyatanya ya ada tindakan kecil yang dapat dibuatnya. Ketertutupan hati terhadap kabar baik dan ketidakpercayaan pada kekuatan kabar baik rupanya menghalangi mukjizat dari Tuhan. Ketertutupan hati itu bisa jadi adalah manifestasi ketidakmauan orang untuk berubah, bukan ketidakmampuannya; dan runyamlah kalau orang tidak mampu mau (akrasia alias kelemahan kehendak).

Tuhan, mohon rahmat kehendak yang kuat supaya kehendak-Mu maujud dalam hidup kami. Amin.


RABU BIASA IV B/1
3 Februari 2021

Ibr 12,4-7.11-15
Mrk 6,1-6

Posting 2019: Skandal Ignorance
Posting 2017: Tontonannya Makin Asik

Posting 2015: Disiplin Itu Gimana?