Kalau Anda, orang beriman, diberi kuasa atas roh jahat, janganlah Anda berpikir bahwa Anda berangkat ke negara tetangga yang darurat militer setahun ke depan dan Anda punya kuasa untuk menumbangkan rezim militer karena rezim ini jahat dan mau mengembalikan kenyamanan hidup mereka yang sempat hilang.
Teks bacaan hari ini mengatakan bahwa Guru dari Nazareth mengutus muridnya berdua-dua dan memberi mereka kuasa atas roh jahat. Kuasa di situ ialah ἐξουσίαν (exousian, Yunani), yang bisa juga diartikan sebagai kemerdekaan (untuk memilih atau memutuskan sesuatu). Karena itu, para murid tidak dibekali modal supaya bisa petentang-petenteng berlagak belagu dan sejenisnya karena punya kekuatan untuk mengalahkan orang yang mereka anggap dirasuki roh jahat. Ini adalah kekuatan internal untuk becermin, menimbang-nimbang, memilah-milah, menguji, dan akhirnya menjatuhkan sikap dan tindakan yang merepresentasikan kemanusiaan yang bermartabat. Wah, kok kata-katanya keren banget ada martabak segala!
Kami menonton sinetron Listening Snow Tower dan kemarin tiba pada adegan yang menjelaskan martabak tadi. Sinetron silat begini senantiasa penuh dinamika balas dendam, termasuk di dalamnya pengkhianatan. Saya lupa detailnya bagaimana, pokoknya pimpinan padepokan Menara itu menyebut-nyebut cinta dan pertobatan. Mulia sekali pimpinan padepokan ini. Ia memberi ruang pertobatan, dan tidak ujug-ujug menuntut ganti rugi atau balas dendam atas apa yang dibuat oleh pengkhianatnya.
Bukankah itu adalah kuasa atas roh jahat? Bukankah itu tidak merujuk pada kekuatan kungfunya yang bisa mengalahkan kungfu pengkhianatnya? Kuasa itu adalah otoritas dalam dirinya untuk menyelisik mana yang sungguh mencirikan martabat manusia, bukan dunia binatang yang mengejar dominasi. Pada kenyataannya, manusia ya memang binatang; tak heran bahwa sebagian darinya mengumpat orang lain dengan menyebut saudara-saudaranya di kebun binatang.
Paulus dalam salah satu khotbahnya menyinggung hal ini: secara teoretis orang maunya melakukan kebaikan, tapi apa daya justru yang dilakukannya malah apa yang tidak diinginkannya, yaitu kejahatan. Begitulah manusia yang diperbudak oleh martabat prakemanusiaan. Ia dikendalikan, dikontrol, dikuasai oleh tendensi jahat dalam dirinya, yang membawa kultur kematian, dendam, kebencian, dan sejenisnya.
Kalau begitu, orang beriman, jika diberi kuasa atas roh jahat, punya kemerdekaan luas untuk memberi ruang antara stimulus dan respon dan pada ruang itu ia mengerti betul respon mana yang semata menuruti martabat prakemanusiaan, dan respon mana yang lebih menunjukkan keutuhan, kemanusiaan.
Ya Allah, mohon rahmat untuk mawas diri dan mengasah pribadi kami sebagai makhluk-Mu yang sungguh mulia. Amin.
KAMIS BIASA IV B/1
4 Februari 2021
Posting 2019: 4 Sehat 5 Sempurna?
Posting 2015: Jahatnya Dunia Lain
Categories: Daily Reflection