Allah Orang Hidup

Bahkan jika dalam agama ada tokoh-tokoh suci yang jadi martir, mati syahid, dan sejenisnya, apakah memang Allah menghendaki manusia ciptaan-Nya itu mati demi Dia? Apakah Allah adalah sosok romantis yang menuntut manusia berkorban bagi-Nya?
Saya sangat menyangsikannya, bahkan meskipun teks bacaan hari ini menyodorkan kisah kematian Yohanes Pembaptis yang adalah nabi. Saya yakin, beliau mati bukan karena Allah menginginkan kematiannya atau Yohanes Pembaptis ini mati-matian membela Allah. Btw, b
ukankah dinarasikan dalam agama Islam dan Kristen bahwa Allah membatalkan permintaannya kepada Abraham untuk menyembelih anak tunggalnya?

Saya pun tidak mengerti kalau orang Kristen, seperti saya ini, menggembar-gemborkan bahwa Allah menghendaki kematian Putra-Nya untuk menebus dosa dunia. Piye jal, emangnya tebus murah di Alindofamart gitu po? Juga kalau Gereja Katolik hari ini memperingati Santa Agata, perawan dan martir: apakah memang Allah menginginkan kematiannya? Apakah kehendak Allah itu paling kentara dalam kematian?

Allah yang saya percaya adalah Allah yang hidup. Artinya, Allah yang menginginkan kehidupan, baik hidup manusia maupun semestanya, bahkan kalau secara adekuat dibuktikan bahwa semua manusia bakal mati. Kenapa? Karena kematian itu cuma menyentuh dimensi biologis, yang bersifat contingent bin fana. Fana itu berarti bisa ada, bisa juga gak ada. Jika Allah adalah Allah yang hidup, itu berarti entah yang biologis ada atau gak ada, hidup jalan terus, yaitu jiwa yang senantiasa bersama Allah.

Jiwa yang tak bersama Allah, terjerembab pada yang fana dan kualitas hidupnya cenderung masuk ranah prakemanusiaan; berseteru, berperang, saling menundukkan, dan sejenisnya. Kematian adalah senjata pamungkasnya: membunuh diri sendiri maupun sesama. Kematian Yohanes Pembaptis, dengan demikian, tak perlu dibaca sebagai hal yang diinginkan atau dikehendaki Allah. Kalau saya boleh jadi jubir-Nya, Allah inginnya mereka yang mendengarkan pewartaan Sabda Allah itu mengikuti orientasi kehidupan. Maunya Tuhan ya Herodes itu tegas memilih nilai ilahi, tapi apa daya, pilihan Herodes bertentangan dengan itu. Itulah yang kemudian mematikan hidup biologis Yohanes Pembaptis. Pilihan seperti itu jugalah yang membuat Guru dari Nazareth digelandang oleh mereka yang semula mengelu-elukannya.

Akan tetapi, orang beriman tak takut bahaya; bukan karena ia hendak menunjukkan kekuatan heroiknya, melainkan karena ia hidup bersama Allah. Tentu tak bisa dibalik: bahwa mereka yang tak takut mati berarti hidup bersama Allah. Mungkin malah seperti Herodes tadi: menang kalah, hidup mati ya sudah sewajarnya. Kultur prakemanusiaan dijunjung tinggi.

Tuhan, mohon rahmat kekuatan untuk membela kehidupan yang Engkau anugerahkan kepada kami. Amin.


JUMAT BIASA IV B/1
Pw S. Agata
5 Februari 2021

Ibr 13,1-8
Mrk 6,14-29

Posting 2019: Sebelum Punah
Posting 2017: Disturbing Truth

Posting 2015: Martir Ja’im