Kemunculan Orde Baru tak pernah jadi concern mereka yang tatapannya tertuju pada kemakmuran via bagi-bagi sembako. Yang penting, kepenak zamanku toh! Begitu pula perkara neokolonialisme, rakyat jelantah tak ambil pusing asalkan dapur tetap bisa ngebul. Tambah lagi, bisa jadi peneliti sejarah menganggap suatu masa sebagai masa tenang karena sedikitnya pemberontakan. Padahal, di balik itu semua, ketidakadilan tersembunyikan akibat represi yang rapi dan korupsi yang masif.
Teks bacaan utama hari ini menyinggung sosok yang oleh sebagian orang diharapkan sebagai nabi lama yang muncul kembali, nabi yang membebaskan bangsa dari kekacauan hidup para penguasa lalim. Betul, sebagian orang mengira bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia baru. Kemunculan Elia baru ini meresahkan penguasa lalim, yang pada akhirnya dengan kelindanan kuasa dan atraksi seksual menghabisi figur harapan rakyat jelantah. Penguasa begini tak akan ambil pusing dengan pembungkaman suara keadilan Yohanes Pembaptis.
Nasib Yesus, yang dalam arti tertentu meneruskan gerakan Yohanes, tentu tak jauh dari sana. Bahkan meskipun suaranya tak segarang Yohanes Pembaptis mengenai pentingnya pertobatan, ia menginisiasi gerakan yang menarik beberapa pengikut dan kerumunan orang banyak. Ini bukan hal yang bikin nyaman penguasa, bahkan meskipun ada UUD mengenai kebebasan untuk berkumpul dan berserikat.
Tentu saja, Anda dan saya bukan penguasa, tetapi bisa jadi cara pikir, berkata, berbuat Anda dan saya mencerminkan karakter penguasa: menghalalkan segala cara, meminimalisir kritik dan ancaman, mengorbankan benih-benih kebaikan, memperlakukan orang sebagai deretan angka, dan seterusnya. Dalam keadaan ini, Anda dan saya tak punya legitimasi untuk mengkritik penguasa.
Tuhan, mohon rahmat supaya hidup kami tak tercincang dalam tambatan status quo dan mampu mencari jalan perubahan bagi kemuliaan nama-Mu. Amin.
JUMAT BIASA IV C/1
7 Februari 2025
Posting 2021: Allah Orang Hidup
Posting 2019: Sebelum Punah
Posting 2017: Disturbing Truth
Posting 2015: Martir Ja’im
