Roh Air

Published by

on

Sangat disayangkan orang menangkap kebangkitan dengan gambaran orang keluar dari kubur, meskipun ada juga benarnya. Persoalannya ialah bahwa makna kubur bagi orang zaman jebot yang mulai mengenal konsep kebangkitan dan arti makam bagi orang zaman now tidaklah sama. Salah satu dampaknya ialah bahwa berita mengenai kebangkitan Yesus ditangkap secara berbeda-beda dan, karenanya, sebagian orang, dengan alasan yang benar juga, menolak atau melawan keyakinan bahwa Yesus mengalami kebangkitan. Saya sama sekali tidak hendak membela keyakinan akan kebangkitannya, tetapi menunjukkan problematika yang ada dalam teks bacaan utama hari ini.

Ada kata di beberapa ayat yang menurut saya terkorupsi oleh terjemahan: ἄνωθεν (Yunani: anōthen). Dalam teks Indonesia kata itu diterjemahkan dengan ‘kembali’ sehingga pertanyaan Nikodemus jadi masuk akal: gimana mungkin orang bisa dilahirkan lagi, wong dah bangkotan. Yang bikin bingung ialah respon Yesus terhadap pertanyaan Nikodemus yang masuk akal itu: kalau orang gak dilahirkan dari air dan roh, dia gak bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Nyambung gak sih tuh diskusi dengan tambahan air dan roh? Saya beneran bingung dan kebingungan saya itu baru terurai ketika saya mengerti bahwa ungkapan “lahir ἄνωθεν” tidak bisa diterjemahkan semata dengan “lahir kembali” karena anōthen itu bermakna ganda: “kembali/lagi” dan “dari atas.”

Kebangkitan, dengan demikian, adalah lahir anōthen yang kemudian diungkapkan dengan frase lahir dari air dan roh. Saya pernah dengar ungkapan air ketuban yang memungkinkan makhluk baru lahir, tetapi jelas, dengan air ketuban saja tidak akan muncul kemanusiaan utuh jika roh tidak bersamanya. Itu mengapa dikatakan bahwa yang lahir dari daging ya daging, sedangkan yang lahir dari roh adalah roh. Dilahirkan anōthen berarti dilahirkan dari daging dan roh. Itu berarti, keduanya tak terpisahkan.

Ironisnya, beberapa gerakan kekristenan membuat klaim ‘lahir kembali’ dengan memisahkan roh dari daging. Surga adalah urusan roh dan dunia adalah urusan daging. Agama, Tuhan, kepercayaan adalah urusan privat, sedangkan ekonomi, politik, kultur adalah urusan publik. Dikotomi ini menular ke mana-mana dari Barat ke Timur, dari Utara ke Selatan: keselamatan menjadi urusan privat, individual, dan orang gontok-gontokan berlomba meraih surga, yang mboh maksudnya apa tapi pokoknya yang penting hukum rimba berlaku. Klaim ‘lahir kembali’ njuk bikin orang lebih mengutamakan perubahan individu daripada sumber eksternal perubahan itu sendiri: salib. Transformasi sosial berjalan seret karena diyakini hanya mereka yang ‘lahir kembali’ dalam kelompok tertentulah yang bakal selamat.

Dilahirkan anōthen menjadi antitesis hukum rimba karena, bagaikan angin, lahir dari air dan roh itu tak terprediksi seperti gonjang-ganjing perang tarif atau pemerintahan yang cacat moral. Pengamat politik ekonomi bisa memprediksi hukum rimba dalam dunia global, tetapi kelahiran dari air dan roh, istilah lain kebangkitan, hanya bisa diikuti dengan kesetiaan pada roh yang menghidupkan daging. Sebagian orang lebih suka hukum rimba yang memprioritaskan daging, menggembar-gemborkan nama besar, proyek besar, ambisi besar, dan lahir anōthen tidak akan masuk kamusnya.

Semoga Anda dan saya diberi kesempatan untuk dilahirkan anōthen. Amin.


HARI SENIN PASKA II
28 April 2025

Kis 4,23-31
Yoh 3,1-8

Posting 2019: Siap, Pak Presiden!
Posting 2018: #GantiKaosDong

Posting 2017: Mencari Jalan Alternatif

Posting 2015: Lahir dari Loteng?
 
Posting 2014: Born to Be Alive

Previous Post
Next Post