Entah Tuhan jadi manusia maupun manusia jadi Tuhan sama-sama gak masuk akal. Yang pertama adalah sebuah contradictio in terminis (begitu jadi manusia ya namanya bukan Tuhan dong). Yang kedua adalah manifestasi penyembahan berhala (karena mempertuhankan manusia). Dua hal itu tak masuk akal justru karena Tuhan dipikirkan dengan kategori akal budi manusia belaka: begitu Tuhan dijadikan objek pemikiran, berhentilah Ia menjadi Tuhan.
Tak mengherankan, perseteruan antara Yesus dan kelompok Farisi semakin heboh setelah Yesus menyembuhkan orang lumpuh di hari Sabat (yang adalah pelanggaran hukum) plus mengklaim bahwa dirinya dan Tuhan itu satu. Ini adalah hujat besar di tengah bangsa yang sangat ketat dalam pandangan monoteisme. Oleh karena itu, wajarlah kelompok Farisi dan kelompok lain akhirnya menghabisi Yesus demi penegakan monoteisme tersebut. Bagi mereka, klaim Yesus itu melampaui akal sehat manusia.
Sayangnya, akal kelompok seperti orang Farisi itu malah kurang sehat karena yang mereka pakai adalah logika pikiran dan hukum manusiawi belaka. Paradigma itu tak bisa menjawab pertanyaan sederhana yang tersirat dalam kisah Beauty and the Beast, misalnya. Ada kalanya akal sehat tak bisa menampung paradigma relasi cinta, dan paradigma cinta itulah yang rupanya absen dalam pemikiran orang-orang Farisi. Celakanya, dengan paradigma itulah Yesus berwacana. Ia tidak memberikan diskursus filosofis mengenai monoteisme. Ia hanya mengatakan bahwa relasi cintanya dengan Allah itu sedemikian dekatnya sehingga apa yang dilakukan Allah itu juga sedang dilakukannya. Kesatuannya dengan Allah yang disebutnya Bapa adalah kesatuan cinta. Kalau orang tak mengenal cinta, ia pun tak mengenal Allah.
Dalam tradisi agama lain pun sebetulnya ada level penghayatan iman yang memungkinkan umatnya menyebut Allah sebagai kekasih hatinya. Apa ya ini mau bilang bahwa ia pacaran dengan Allah? Buset, banyak dong pacar-Nya!
Ya Tuhan, mampukanlah aku untuk menangkap cinta-Mu dalam hidupku supaya aku tidak semata-mata hidup dari hukum buatan manusia belaka, melainkan juga dari hukum cinta-Mu. Amin.
HARI RABU PRAPASKA IV B/I
18 Maret 2015

2 responses to “No God without Love”
[…] menjelaskan misteri Allah Tritunggal Mahakudus selain dengan kata kunci relasi cinta. Pada umumnya, orang yang gak kontak dengan cinta takkan meletakkan kepercayaannya kepada Allah. Cinta itulah yang memungkinkan adanya […]
LikeLike
[…] menjelaskan misteri Allah Tritunggal Mahakudus selain dengan kata kunci relasi cinta. Pada umumnya, orang yang gak kontak dengan cinta takkan meletakkan kepercayaannya kepada Allah. Cinta itulah yang memungkinkan adanya relasi. Apa yang mesti di’relasi’kan? Allah yang […]
LikeLike