Percaya Itu Indah

Kata guru rohani yang tak saya kenal, percaya itu adalah suatu kesempatan supaya hidup ini lebih hidup dan membahagiakan. Orang yang punya sikap dasar percaya ini bisa mencium ‘aroma Allah’ yang membuat hidupnya jadi lebih hidup dan membahagiakan itu, entah dia hidup di DKI dengan gubernur baru atau hidup di DIY dengan gubernur lama. Tentu saja, ini bukan soal percaya bahwa gubernur baru atau lama itu bukan koruptor. Ini juga bukan soal percaya bahwa pimpinan baru dengan janji baru itu sekurang-kurangnya berniat baik memenuhi janjinya. Itu jenis kepercayaan yang sangat rentan sebagaimana perempuan lugu dikadalin buaya atau dibuayain kadal.

Percaya yang saya singgung di sini adalah soal believe in, bukan believe that. Yang pertama lebih bersifat komunikatif afektif personal, sedangkan yang kedua cenderung merupakan ungkapan tentang olah kognitif seseorang. Ini mirip-mirip dengan yang sudah saya singgung mengenai perbedaan iman dan percaya. Iman adalah believe in, sedangkan percaya adalah believe that. Maka, kalau guru rohani itu mengatakan bahwa percaya adalah suatu kesempatan supaya hidup ini lebih hidup dan membahagiakan, saya kira itulah believe in.

Teks hari ini mencatat alasan penulis Yohanes membuat catatan yang kelak dimasukkan sebagai bagian dari Kitab Suci: supaya kamu percaya bahwa bla bla bla. Akan tetapi, tampaknya kata kerja percaya yang dipakai di situ lebih bernuansa entrust atau have faith in. Itulah yang membuat hidup ini lebih hidup dan membahagiakan. Kata kerja ini takkan dicarikan objek pada manusia lain, tetapi pada pribadi yang jauh lebih agung dari manusia, yang kepadanya memang orang bisa memercayakan dirinya.

Sayangnya, tak sedikit orang yang membolak-balik kepercayaan yang begini ini: memercayakan dirinya kepada pribadi manusia dan percaya bahwa Allah bla bla bla. Akibatnya, tak henti-hentinya ia tertipu. Mengira sudah menang, jebulnya kemenangannya tak seperti yang dibayangkannya bisa jadi ajang untuk ngadalin banyak orang. Hmmm…. Tuhan itu lucu juga.

Ya Allah, semoga rahmat-Mu senantiasa lebih kuat daripada kerapuhan kami manusia. Amin.


MINGGU PASKA II A/1
23 April 2017

Kis 2,42-47
1Ptr 1,1-19
Yoh 20,19-31

Minggu Paska II C/2 2016: Takut Kok Dipelihara
Minggu Paska II B/1 2015: Anda Kembaran Tomas

Minggu Paska II A/2 2014: Jam Kosong Itu Menyenangkan!
*

1 reply