Saya tidak hendak mempermalukan seseorang atau beberapa orang dengan beberapa posting yang terhubung dengan bacaan pada hari ini. Kalau sudah lupa curcol mengenai kesurupan, dan mau mengingatnya kembali, silakan klik posting berjudul Rolasan di sini. Ada hal yang belum terungkap dalam curcol itu, yaitu bahwa salah satu dari khalayak yang bersurup-surup ria itu mendapat ide untuk jadi orang sakti dan berusaha mengusir roh yang hinggap di (jendela) tubuh temannya. Dari mana ia melengkapi idenya? Dari tayangan televisi swasta tentunya, yang apa saja bisa dibisniskan olehnya.
Ini masih sambung dengan posting lain mengenai penggila copy-paste: apa yang ditayangkan di televisi itu seakan-akan bisa dikopi begitu saja, seolah-olah asal menirukan rumusan dan gerakan tertentu maka roh yang membuat orang kesurupan itu akan lari tunggang langgang begitu saja. Lha kok kètoké hidup itu gampang banget ya tinggal menirukan atau ikut-ikutan saja lantas segalanya beres. Dasar penggila kopi! Atau pengopi gila? Mungkin dua-duanya.
Kisah dalam bacaan hari ini memuat komentar lawan-lawan Yesus mengenai pengusiran setan yang dilakukannya. Kata mereka, Yesus ini mengusir setan dengan kuasa Beelzebul: kepala divisi setan-setan. Jawaban Yesus ya sederhana saja: lha kalau dia kerasukan Beelzebul, njuk ngapain kok malah ngusir anak buahnya sendiri? Mosok jadi mau jadi presiden malah malak anak buahnya sendiri, hahaha…
Jelas, dari bacaan pertama diperoleh pesan bahwa kekuatan Allahlah yang memungkinkan Daud merebut kubu pertahanan lawan. Kekuatan Allahlah yang memungkinkan Yesus mengusir roh jahat. Jadi, ini bukan karena pertama-tama Yesus menguasai teknik meditasi, hafal jompa-jampi maupun jurus tangan dan kaki, yang bahkan bisa ditirukan oleh munyuk. Kekuatan Allah ini tidak membuat orang jadi sakti mandra (RIP) guna. Atau, kalau toh masih hendak memaki istilah sakti, kesaktian yang diperoleh dari kekuatan Allah ialah kesaktian iman.
Orang yang beriman sakti itu ya tetap bisa mati, tetapi matinya damai bahkan meskipun mengalami kesakitan sebelum kematiannya. Orang yang imannya sakti itu tak hendak membisniskan hidayah Allah, karena iman yang sakti mengandalkan relasi yang autentik dengan Allah sendiri, bukan relasi yang melulu instrumental belaka. Nah, mulai nongol istilah susah. Pertanda sudah mengantuk. Doa dulu sebelum bobok: Tuhan, tambahkanlah iman kami supaya Engkau jadi andalan kami yang sesungguhnya. Amin.
SENIN BIASA III B/1
22 Januari 2018
Posting Tahun A/1 2017: Menista Roh Kudus
Posting Tahun B/1 2015: Ambil Keputusan Brow!
Categories: Daily Reflection