Hari ini saya dengar testimoni seseorang yang jadi korban konspirasi jahat dalam dunia kerja: seorang senior, yang tak suka pada keberhasilan orang baru yang memperoleh prestasi cemerlang, mencari jalan sehingga orang baru ini bisa dikeluarkan dari institusi tempat kerjanya. Tak berhenti di situ, fitnah disampaikan kepada pasangan hidupnya sedemikian rupa sehingga pasangan yang baru menikah beberapa bulan ini membuat gugat cerai ke pengadilan. Sudah jatuh tertimpa tangga.
Dari tempat lain juga saya dengar testimoni mengenai seseorang yang luar biasa baiknya, terwujud dalam kerendahan hati dan kesetiaannya, sehingga ia mampu menanggung kesusahan yang tentu saja tidak berasal dari kebaikannya. Dua testimoni ini menyoroti kehidupan orang baik yang jadi bulan-bulanan mereka yang tamak bin rakus terhadap posisi, prestise, duit, atau apalah yang terhubung dengan dunia babi dan anjing dalam teks bacaan hari ini: dunia yang tak layak bagi mutiara makna hidup.
Rupanya benarlah apa yang dikatakan teks hari ini: lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju pada kebinasaan. Orang yang sungguh berjalan pada kehidupan mesti melalui pintu sempit, dan saya teringat imajinasi teman wartawan saya mengenai bagaimana melalui pintu sempit itu. Bisa jadi pakaian sobek, luka lecet, tergores, dan sebagainya. Begitu pula orang hidup dalam jalan kebaikan, menanggung derita yang tidak muncul dari kebaikannya sendiri.
Tuhan, mohon rahmat keteguhan hati untuk senantiasa memilih jalan sempit yang lebih mengantar kami pada makna hidup lebih dari segala aneka kemudahan hidup yang tanpa kami sadari tercipta lantaran kesusahan hidup yang ditanggung banyak orang lain. Amin.
SELASA BIASA XII B/2
26 Juni 2018
2Raj 19,9b-11.14-21.31-35a.36
Mat 7,6.12-14
Selasa Biasa XII A/1 2017: Aku Yang Lain
Selasa Biasa XII C/2 2016: Puasa Maksimal
Selasa Biasa XII B/1 2015: Biarkan Babinya Tidur
Categories: Daily Reflection