Katanya, a friend in need is a friend indeed. Akan tetapi, itu tak jelas siapa yang in need dan apakah indeed itu memang maksudnya indeed atau in deed. Jadi, kalau tiba-tiba Anda didatangi seseorang yang mengatakan ungkapan itu untuk meminjam uang, Anda tanyakan saja maksudnya apa selain pinjam duit. Mungkin dia akan jawab,”Gak ada.”
Pada saat orang mengalami kesulitan besar dan kemudian melihat orang lain segera bertindak secara mengesankan, ia mengenalinya sebagai teman sungguhan (kecuali Anda punya kelekatan terhadap kategori gender dan agama dengan segala turunannya). Akan tetapi, kalau orang mesti menghadapi sendiri kekuatan jahat dan tampaknya orang lain absen, ia tergoda untuk meragukan pertemanan tadi dan memelihara bahkan memupuk ketakutan dalam dirinya. Kalau orang takut, ia boleh mencurigai dirinya bahwa ia rupanya tak menghidupi kultur cinta karena, seturut bacaan pertama, di dalam cinta tak ada ketakutan, cinta sejati mengenyahkan ketakutan.
Dua bacaan hari ini dan kemarin menggambarkan hal serupa. Kemarin mukjizat penggandaan roti memukau para murid, yang sebetulnya adalah teman-teman Guru dari Nazareth. Artinya, Guru dari Nazareth ini sebetulnya adalah teman mereka juga. Akan tetapi, ketika mereka bergumul dengan badai kesulitan hidup harian, mereka bahkan rabun matanya untuk mengenali teman mereka itu. Ini sangat simbolis: Tuhan hanya berlaku untuk hal spektakuler, dan kehadiran dalam pergumulan biasa tidak meyakinkan orang beragama. Ia jadi ragu-ragu dan bahkan takut bergumul dan bisa jadi menyerah.
Sebetulnya keraguan tidak sepenuhnya buruk karena justru bisa membantu pencarian kebenaran hidup sejati, tetapi jika darinya muncul ketakutan, itu pertanda bahwa tidak ada sinkronisasi antara kepercayaan di kepala dan iman di hati. Keraguan bisa jadi metode yang baik untuk menghindarkan diri dari konsep dan paham-paham absolut, ketakutan malah mendorong orang ke arah absolut itu.
Misalnya, Anda ragu bahwa Allah sungguh-sungguh jadi manusia karena tak mungkin yang absolut dibatasi oleh fisik manusia. Keraguan Anda ini bisa mengantar Anda untuk mendalami apa maksudnya Allah jadi manusia dan dalam pencarian itu Anda temukan misalnya bahwa yang sebetulnya adalah Allah itu menjadi ‘daging’. Toh sama saja, ‘daging’ ya membatasi kemutlakan Allah. Akan tetapi, lama-lama Anda mengerti bahwa ungkapan mengenai inkarnasi Allah itu sepadan dengan pengertian hidup rohani dan itu membuat Anda sendiri berkeyakinan bahwa Allah itu memang hadir dalam hidup setiap orang, dalam diri Anda sendiri juga.
Meskipun demikian, ketika Anda berhadapan dengan kasus berat, Anda takut dan khawatir ini kiamat bagi Anda. Ketakutan ini menyangkal apa yang sudah Anda temukan sendiri bahwa Allah memang hadir dalam hidup orang; dan kalau Anda terus berkubang dalam ketakutan ini, Anda juga akan menyangkal apa yang semula Anda ragukan: bahwa Allah sungguh-sungguh jadi manusia. Allah tinggal dalam konsep, bukan dalam hati Anda. A friend in need is a friend in deed. Begitulah digambarkan bacaan hari ini bahwa para murid gagal menjadi teman Guru dari Nazareth karena mereka tidak menerjemahkan kepercayaan mereka dalam tindakan (in deed). Simbolis: mau jadi sahabat Tuhan, berteman dalam aksi cinta-Nya.
Tuhan, tambahkanlah iman kami supaya kami semakin tumbuh dalam cinta-Mu. Amin.
HARI BIASA SETELAH PENAMPAKAN TUHAN C/1
Rabu, 9 Januari 2019
Posting 2016: Tak Ada Iman Bermodal Ndableg
Posting 2015: Buat Apa Takut?
Categories: Daily Reflection