Taoge Kehidupan

Di sekeliling Anda terdapat banyak tanda kehidupan, entah besar atau kecil. Tanda-tanda ini bisa diibaratkan seperti taoge. Di dalam taoge itu ada potensi masa depan yang sudah operatif bagi kehidupannya, sejauh tidak ditumis. Prosesnya tak terlihat mata indrawi, tetapi tertangkap mata batin. Sudah saya singgung kemarin bahwa kehidupan punya karakter misteri, yang pemahamannya mesti melibatkan sikap dan pilihan-pilihan pemilik mata batin itu. Dalam teks bacaan hari ini, sikap dan pilihan yang sejalan dengan potensi masa depan kemanusiaan mengandaikan tingkat kesiagaan dalam relasi dengan dunia, baik yang transenden maupun yang imanen. Konon, taoge kehidupan abadi kelihatan dalam atmosfer cinta, pengampunan, belas kasih, dialog, kedamaian, dan sejenisnya. Sampai di sini, Anda bisa berhenti membaca karena selebihnya hanyalah cerita receh.

Di asrama saya dulu, semua siswa mencuci pakaiannya sendiri. Tak ada mesin cuci, semua dilakukan dengan tangan sendiri. Pada saat saya hampir selesai membilas pakaian saya, seorang teman mak jegagik muncul di ambang ruang cuci yang terbuka dan begitu melihat posisi jongkok saya, langsung menertawai saya. Rupanya celana pendek saya sobek di bagian yang lucu. Saya sedang memeras sapu tangan ketika teman saya itu mulai mendongakkan kepalanya dan membuka mulutnya lebar-lebar untuk tertawa terbahak-bahak, sembari tangannya menunjuk ke arah saya berjongkok.

Sejak SMP saya hobi bermain basket di rumah dengan bola pingpong dan sebagai keranjangnya ialah bekas tempat sabun colek berdiameter dua kali besarnya bola pingpong. Saya pun tak begitu membanggakan kemampuan saya ketika sapu tangan yang telah saya peras itu mendarat persis masuk mulut teman saya yang terbahak-bahak itu. Kejadiannya begitu cepat, dan ketika suara tawa teman saya teredam sapu tangan saya, gantian saya berdiri sembari tertawa terbahak-bahak, lalu saya hampiri dia dan saya ambil sapu tangan saya. “Makanya kalau ketawa jangan merem!” Kami melanjutkan tawa bareng. Mulut tak kunjung mingkěm, sama-sama marěm, tanpa ada rasa yang dipěnděm.

Akan tetapi, itu terjadi karena yang sobek hanyalah celana saya dan yang tiba-tiba masuk mulutnya hanyalah sapu tangan saya. Mudahlah bergembira ria karena perkara-perkara fana yang bisa ditangkap dengan mata indrawi. Pertanyaan yang tersembunyi dalam pesan teks bacaan hari ini ialah bagaimana orang menangkap misteri gembira ketika yang sobek adalah hatinya dan yang tiba-tiba masuk mulutnya adalah virus covid-19!
Lha ya hidup mati kan di tangan Tuhan, Rom!
Betul, tetapi justru perkaranya ialah apakah yang ada di tangan Tuhan itu adalah jiwa yang happy, yang dalam guncangan hidup dapat membuat pilihan-pilihan fananya klop dengan panggilan keabadian? Jika tidak, keabadian tiba-tiba terenggut sebelum sempat melanjutkan tarikan nafas. Frase yang disodorkan drama serial kungfu yang kami tonton: mati dalam penyesalan.

Ya Allah, mohon rahmat kesadaran supaya pilihan-pilihan kami mencerminkan kecambah kehidupan cinta-Mu. Amin.


HARI SABTU BIASA XXXIV A/2
28 November 2020

Why 22,1-7
Luk 21,34-36

Sabtu Biasa XXXIV B/2 2018: Tiba-tiba Siap-siap 
Sabtu Biasa XXXIV C/2 2016: Jatuh Lebay
Sabtu Biasa XXXIV A/2 2014: Jangan Takut Mencinta

1 reply