Kisah Maria menerima kabar dari malaikat itu saya bayangkan seperti saya dulu terselamatkan dari peristiwa memalukan, suatu pengalaman biblis yang sifatnya batiniah. Ceritanya ada pada posting Terima Kasih Ahong. Pengalaman biblis itu bisa saja diceritakan dengan cara lain yang lebih menarik dan melibatkan banyak karakter. Akan tetapi, poinnya tidak berubah: mata batin saya terbuka untuk memandang orang di hadapan saya sebagai sesama dan mencintainya apa adanya.
Penulis Lukas menarasikan bagaimana Bunda Maria mendapat wahyu pribadi dengan perantaraan malaikat. Apakah malaikatnya bersayap atau tidak, laki-laki atau perempuan, berwujud manusia atau setengah manusia, bukanlah hal penting bagi Lukas. Bisnis Lukas adalah pesan teologis: siapa sosok anak perawan Maria dan paham Allah macam apa yang tersirat dalam kenyataan bayi yang dikandung oleh perawan itu. Maklum, dalam tradisi religius waktu itu berkembang paham Allah yang cukup mengerikan: sosok tuan besar penguasa yang menginginkan manusia jadi budaknya, menuruti kemauannya, suka menghukum, menghancurkan seisi kota musuh-musuhnya, dan seterusnya.
Lukas melawan paham Allah seperti itu dengan menyajikan narasi bagaimana Allah Yang Mahabesar itu sedemikian cintanya pada umat manusia sehingga Ia hendak menunjukkan wajah-Nya dalam manifestasi kemanusiaan yang dikandung oleh perawan Maria ini. Itulah yang kiranya jadi poin penting bagi jemaat Gereja pada abad awal, bukan aneka doktrin yang berkembang kemudian. Sketsa cinta Allah itu terguratkan dalam rahim perawan Maria. Sayang beribu sayang, karena orang punya tendensi pandir (hanya bisa melihat jari telunjuk daripada objek yang ditunjukkannya), muncullah konflik tafsir sana-sini dan bahkan pertarungan sana-sini lantaran sketsa cinta Allah itu tak kelihatan lagi.
Lukas jelas tak tertarik pada keterangan historis mengenai waktu terjadinya peristiwa Maria menerima kabar ini. Keterangan waktu yang disampaikannya: pada bulan yang keenam. Ini tak ada artinya jika tak dikaitkan dengan narasi sebelumnya, yaitu kabar yang diterima Zakharia mengenai anak yang dikandung istrinya yang mandul. Maksudnya, ‘skenario’ rencana Allah itu mulai jadi aktual dengan kabar kepada perawan Maria di wilayah Galilea ini.
Nota bene: kata ‘perawan’ bermakna peyoratif dalam kultur saat itu, begitu juga wilayah Galilea dan Nazareth. Galilea dikenal sebagai tempat berbau-bau kafir, dan Nazareth adalah kota terpencil yang setelah invasi bangsa Babilonia sempat tak dihuni sampai abad kedua sebelum kelahiran anak perawan Maria ini.
Paham Allah yang disodorkan Lukas benar-benar antimainstream. Kekuatan dalam kelemahan manusia, kebakaan dalam kefanaan, kebesaran dalam kekecilan, transendensi dalam imanensi: berbahagialah mereka yang, seperti perawan Maria, menangkap dan menghidupinya.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan untuk menangkap wajah-Mu juga dalam aneka hal yang kami anggap receh. Amin.
MINGGU ADVEN IV B/1
20 Desember 2020
2Sam 7,1-5.8b-12.14a.16
Rm 16,25-27
Luk 1,26-38
Posting 2017: Rumah Rakyat Nol Persen
Posting 2014: Plesetan Allah
Categories: Daily Reflection
Rm, sgt keren dan menarik, bahwa faktanya ‘org2 istimewa’ ini dlm mengemban tugas tgjbnya msg2 krn wujud cinta pd Allah itu, semuanya mempunyai sikap kerendahan hati (humble) yg lbh kurang sama. Bunda Maria menjb, aku ini hamba Tuhan. Yohanes Pembaptis menjb, membuka tali kasutNya pun aku tdk layak. Romo menjb, terimakasih Ahong. Bahkan Yesus sendiri, tdk menganggap ‘Kesetaraan Itu’ sbg milik yg hrs dipertahankn. Dibalik kerecehan yg sama sekali tdk receh. Dr keteladanan itu sy menangkap makna, bhw ternyata ktk kt mengaku cinta pd Allah, mengaku umat Allah, mengikuti Allah, apalah judulnya, output sikap kita adh kerendahan hati. Yg sombong dn malah angkuh, bs jd bukan mengikuti Allah, tp (ego) diri sendiri. Makasih Rm.
LikeLike
🙏
LikeLike