Sembuh Dong

Selain alat kesehatan dan obat yang bisa jadi best seller pada masa sekarang ini, doa mohon kesembuhan mungkin adalah doa yang paling laris: bebas covid-19, lepas dari wabah, terhindar dari bencana, dan seterusnya. Bisa jadi orang menginginkan Tuhan yang ‘berfungsi’ sebagai penyembuh. Andaikan ada dua orang bertetangga, yang satu selalu bikin ulah dan yang satunya selalu jadi korban ketidakadilan tetangganya itu. Dua-duanya terserang wabah penyakit. Kira-kira nih, Tuhan mau menyembuhkan yang manakah?🤭

Kalau Dia menyembuhkan dua-duanya, yang selalu bikin ulah ya tetap bikin ulah dan yang jadi korban ketidakadilan ya terus jadi korban gitu. Kalau Dia menyembuhkan yang selalu jadi korban ketidakadilan dan membiarkan yang bikin ulah itu terus sakit, apa bedanya Tuhan dengan orang pendendam atau penghukum yang lainnya? Kalau Dia menyembuhkan yang bikin ulah saja, di manakah keadilan Tuhan?😕

Tiga opsi penyembuhan itu bikin runyam karena kesembuhan semata dimengerti sebagai terlepasnya orang dari sakit badani. Maklum, karena memang sakit badanilah yang bisa dirasakan, ditelaah, dirawat dengan obat hasil riset, dan seterusnya. Akan tetapi, balik lagi ya: what is essential is invisible to the eye. Kesembuhan esensial yang datang dari Allah tidak terletak pada kembalinya syaraf ke tempat seharusnya atau kaburnya virus dari tubuh orang, tetapi pada kekuatan jiwa yang tak diombang-ambingkan oleh virus atau syaraf tadi.

Ya gak bisa, Rom, kalau sudah syaraf yang kena, apa pun bisa terjadi dan orang kehilangan kontrol. Yes, betul. Kalau dia kehilangan kontrol, siapa yang kemudian pegang kendalinya? Kesembuhan dari Tuhan berarti bahwa kendali dipegang roh dari Allah sendiri; jiwa orang tertambat pada-Nya. Selebihnya jadi relatif: virus datang-pergi ya sumonggoAWAS: mohon diingat bahwa “virus datang-pergi ya sumonggo” tadi bukanlah tujuan yang mesti dikejar orang. Kalau itu tujuannya, orang gak perlu menambatkan jiwanya pada Tuhan. Orang ateis pun punya pegangan yang sama: “virus datang-pergi ya silakan”.

Teks bacaan hari ini adalah bagian akhir dari serangkaian kisah Guru dari Nazareth, yang rupanya pengajaran dan bahkan pakaiannya pun menyembuhkan orang sakit. Sebelum kisah ini, beliau meredakan angin ribut. Sebelumnya lagi, menyepi berdoa sendiri. Hari ini disinggung bahwa jumbai jubahnya bikin orang sembuh. Saya tidak menangkapnya secara literal semata. Jumbai jubah adalah bagian dari pakaian, kulit yang membungkus isinya. Jika kulit itu bahkan menyembuhkan, betapa eratnya koneksi kulit itu dengan isinya.

Tuhan, mohon rahmat keterpautan hati pada-Mu dalam suka duka hidup kami. Amin.


SENIN BIASA V B/1
8 Februari 2021

Kej 1,1-19
Mrk 6,53-56

Posting 2019: All was good
Posting 2017: Syukur Ramah
 
Posting 2015: Tersentuh Penderitaan