Belakangan ini media daring menyoroti kasus siswi membolos yang berujung pada pemenggalan kepala, yang juga saya singgung dalam posting Hukum Sempurna. Ketika saya merefleksikannya kembali dan mempertimbangkan pesan bacaan hari ini, pertanyaan yang muncul di kepala saya ialah apa sebenarnya hidup kekal alias hidup abadi itu. Bukankah ini yang dicari-cari setiap orang dengan aneka rumusannya sendiri? Hidup kekal ini dicari Samuel Paty, dicari juga oleh putri pengarang hoaks, juga ayahnya yang belakangan mengaku dungu, tetapi juga oleh radikalis pembunuh Samuel Paty.
Omong-omong, kalau saya detektif, tentu pengakuan anak pengarang hoaks dan ayahnya yang mengaku diri bodoh itu tidak saya terima mentah-mentah. Kasusnya bisa dikembangkan sampai mentok. Syukurlah, saya bukan detektif. Kepentingan saya ya cuma menjawab pertanyaan di kepala saya tadi. Sayangnya, saya tidak dapat menjawabnya lebih dari apa yang bisa saya pahami dan hidupi: ini adalah hidup batiniah yang tak diombang-ambingkan oleh peninggian sekularisme, radikalisme, tetapi juga emosionalisme.
Tidak perlu saya jelaskan ya, wong namanya bahan refleksi.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan roh-Mu supaya hidup kami sungguh menjadi abadi karena keterpautan hati pada-Mu. Amin.
HARI MINGGU PRAPASKA IV B/1
Minggu Laetare
Hari Raya Nyepi
14 Maret 2021
2Taw 36,14-16.19-23
Ef 2,4-10
Yoh 3,14-21
Posting 2018: Hidup Yang Dihadiahkan
Posting 2015: Allah Yang Rentan
Categories: Daily Reflection