Tuhan Besertamu

Mungkin Anda pernah kepikiran bahwa tubuh Anda itu seperti penjara bagi jiwa atau roh yang pada dasarnya bebas. Barangkali pernah Anda lihat tayangan nasihat dokter untuk menikmati aneka gorengan tanpa risiko kolesterol: mengendus-endus nikmat aroma gorengan dan segera meneguk air putih. Betapa tubuh Anda itu membatasi keinginan untuk ini itu, jadi penjara jiwa!

Kalau Anda tidak sekadar kepikiran dan memang meyakini bahwa demikianlah halnya, mungkin Anda layak mendapat kewarganegaraan Yunani Kuno. Konon, Socrates pernah mengatakan bahwa jiwa mestilah dibebaskan dari penjara badan dan kematian adalah jalan pembebasannya. Mungkin ini sejalan juga dengan cara pikir komik-komik yang menggambarkan roh orang keluar dari badannya (dan entah pergi ke mana). Tak mengherankan, dalam paradigma seperti itu, tak ada kepercayaan akan kebangkitan. Kalau ada pun, yang bangkit cuma jiwa atau rohnya, fantasma alias hantu. Tak mengherankan, dalam cerita-cerita Yunani Kuno tersisip kisah tokoh yang sudah mati dibunuh dan menampakkan dirinya lagi sebagai hantu. Artinya, yang bisa dilihat orang hidup hanyalah hantu dari orang mati itu.

Gagasan dasar inilah yang hendak dikritisi Lukas, penulis teks bacaan hari ini: yang mereka lihat bukanlah hantu, melainkan sungguh-sungguh pribadi Guru dari Nazareth yang telah bangkit dengan tubuhnya juga. Dalam konsep orang-orang Semitik tidak ada dualisme jiwa-badan sebagaimana dimengerti orang-orang Yunani Kuno. Problemnya dengan kebangkitan Guru dari Nazareth ini ialah bahwa para murid tak bisa melihat tubuh yang mulia itu dengan mata lahiriah mereka.

Orang dalam dunia pertama hanya bisa melihat jenazah orang dunia kedua, tetapi mengenai orang dunia ketiga (yang di sini direpresentasikan Kristus yang bangkit), butuh mata batin untuk melihatnya. [Mengenai tiga dunia ini saya ulas dalam posting Don’t Worry Be Happy Easter dan misa Minggu Paska dua minggu lalu yang mungkin dapat dilihat di https://youtu.be/RZi4UzNGSyg]
Dengan begitu, bukankah sesungguhnya Kristus yang bangkit itu ya tetap ada dalam dunia pertama ini? Tidak ke mana-mana, tetap tinggal bersama mereka yang percaya, tetapi memang tak terakses dengan indra dunia pertama.

Begitulah kehadiran Allah: nyata, tetapi kenyataannya tak terlihat mata telanjang, oleh indra fisik dunia pertama. Tak mengherankan, beratlah kerjaan mereka yang mesti mempersaksikan kehadiran Allah itu. Soalnya, kesaksian itu hanya bisa dijalankan lewat tobat dan pengampunan. Kalau cuma omong besar, berwacana macam-macam mengenai spekulasi ketuhanan atau kebangkitan, rasa-rasanya tidak berat banget; tapi kalau mesti lewat tobat dan pengampunan…. sepertinya runyam.🤭.

Tuhan, mohon rahmat supaya kami sungguh dapat menghidupi kebangkitan dan konsekuensinya. Amin.


MINGGU PASKA III B/1
18 April 2021

Kis 3,13-15.17-19
1Yoh 2,1-5a
Luk 24,35-48

Posting 2018: Perjalanan Fiktif
Posting 2015: Kristus Butuh Toilet Jugakah?