Berkat Sahabat

Saya yakin salah satu alasan mengapa hidup Anda membahagiakan ialah bahwa Anda tak punya hutang kepada negara sebanyak 2000 trilyun. Betul, kan? Pasti betullah karena kalau Anda punya hutang segitu banyak, Anda akan dikejar-kejar debt collector negara. Mana sempat Anda membaca tulisan ini? Ayo cepat bayar dulu!
Eh, tapi ini gosip dulu ya. Kalau Anda punya (hutang) uang sampai 2000 trilyun itu… untuk apa jal?

Konon orang terkaya di bumi ini, yang punya proyek bikin kehidupan baru di luar angkasa, memiliki kekayaan yang bisa dipakai untuk menghidupi puluhan juta orang di benua Afrika. Entah berapa angka kekayaannya, tetapi pada dasarnya merujuk kenyataan yang sama: segelintir orang saja menguasai sumber daya yang dibutuhkan jauh lebih banyak gelintir orang untuk hidup. Kenyataan itu bertentangan dengan pesan teks bacaan hari ini, yang adalah kesimpulan dari perumpamaan kemarin. Semoga masih ingat bacaan kemarin tentang bendahara yang mesti memulai hidup barunya karena PHK alias pemecatannya sudah ada di depan mata.

Jalan keluar yang diambilnya sungguh-sungguh jalan cerdik: memakai perkara mamon, perkara kekayaan itu, untuk membangun persahabatan cinta dengan orang-orang yang membutuhkan kekayaan itu. Asumsi dasarnya ialah bahwa semua kekayaan yang diperolehnya adalah juga berkat, yang tidak bisa dikungkung dirinya sendiri karena dia hanyalah administrator, bukan tuan atas kekayaan itu. Dengan demikian, entah kekayaan Anda jumlahnya sekian milyar trilyun dollar/euro atau hanya sekian puluh ribu rupiah, yang pertama-tama mesti dicamkan ialah bahwa itu adalah berkat yang semestinya dipakai untuk mewujudkan cinta terutama dengan mereka yang membutuhkan.

Lha, kalau yang membutuhkan diri kita sendiri gimana, Rom?🤣
Ya gak apa; manusia yang utuh toh punya intuisi sampai mana kebutuhannya jadi superfluous; maka tadi saya tanya, kalau Anda punya berkat sampai 2000 trilyun, apa yang Anda butuhkan sehingga 2000 trilyun itu seakan-akan pantas jadi milik Anda seorang? Pengelolaan harta dengan asumsi dasar yang keliru itu pada akhirnya malah akan merepotkan diri sendiri juga. Orang bisa berdalih dengan visi perkembangan iptek untuk membangun dunia modern yang baru, tetapi jika pada saat yang sama dia abai pada kenyataan sekitar yang tergopoh-gopoh dengan perkembangan dunia maju, apa bedanya dengan dunia binatang: siapa kuat dia survive? Ironisnya, bahkan di dunia maya beredar foto dunia binatang yang justru menunjukkkan kualitas kemanusiaan, kualitas cinta, yang memberdayakan mereka yang lemah, yang ada dalam bahaya, dan seterusnya.

Tuhan, mohon rahmat keterbukaan hati supaya kami dapat melihat berkat-Mu dan mengelolanya demi sepenuh-penuhnya kepentingan bersama. Amin.


HARI SABTU BIASA XXXI B/1
6 November 2021

Rm 16,3-9.16.22-27
Luk 16,9-15

Sabtu Biasa XXXI A/1 2017: Jadi Pahlawan Zaman Now
Sabtu Biasa XXXI C/2 2016: Semoga Cepat Waras

Sabtu Biasa XXXI B/1 2015: Cipi Kaki Kudus
Sabtu Biasa XXXI A/2 2014: Ayo Bebenah