Lagi-lagi penasaran dengan terjemahan teks Injil. Hari ini menyangkut penilaian terhadap hamba yang ‘tidak jujur’ dan mak clinglah saya terpukaw: jebulnya selama ini saya keliru memahami ceritanya [njuk kalo saya saja keliru, gimana orang yang baca Kitab Suci saja belum tentu seminggu sekali ya?😂]. Ide pokoknya sih tidak berbeda dari posting terdahulu: Memilih Sahabat. Akan tetapi, detail ceritanya membuat ide pokok itu lebih masuk.
Perumpamaan yang disodorkan Yesus adalah perumpamaan tentang bendahara yang dipecat tuannya. Biar langsung jelas: tuan di situ maksudnya adalah Tuhan pemilik segala sesuatu, sedangkan bendahara adalah manusia sendiri yang mesti mengelola segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya. Perumpamaan itu bicara mengenai bendahara yang sudah pasti nasibnya: dipecat. Yang belum pasti: mau bagaimana dia nanti setelah di-PHK? Mencangkul gak kuat, ngemis malu. Nah, nemulah dia cara untuk menghadapi hidup ke depan.
Apa caranya? Dia panggil para debitur ke rumahnya dan bikin kesepakatan baru dengan mereka. Konon, setiap debitur itu mesti mengembalikan hutang kepada si tuan plus komisi untuk si administrator, yaitu bendaharanya tadi. Jadi, jumlah hutangnya mencakup hak si tuan dan komisi bendahara. Di sinilah cerdiknya si administrator, sama sekali bukan perkara ‘tidak jujur’: ia memotong jumlah hutang para debitur!
Lha iya itu namanya tidak jujur, Rom!
Kosek ta! Angka pemotongan itu memang jumlah yang seharusnya disetorkan kepada tuannya! Jadi, bendahara itu meminta debitur membuat surat hutang baru yang hampir bisa dipastikan bahwa si tuan tak akan menguranginya sebagai komisi bagi bendahara itu. Artinya, debitur 100 tempayan minyak itu cukup mengembalikan 50 saja. Sisanya, yang mestinya jadi komisi bagi bendahara yang dipecat ini, tetap jadi milik si debitur. Begitu pula yang berhutang 100 pikul gandum, dia cukup membayar 80 pikul gandum, 20 pikul tetap jadi miliknya. Dengan kata lain, bendahara ini merelakan komisinya hilang, tetapi komisi itu diinvestasikannnya pada pertemanan dengan para debitur!
Masuk gak cerita dan logika pesannya?
Jelaslah bahwa Yesus tidak memuji bendahara yang ‘tidak jujur’. Dalam bahasa Yunani, ἀδικίας lebih dekat dengan ketidakadilan dan kata ini menempel pada mamon alias kekayaan, bukan pada bendaharanya. Maksudnya, mamon ini mesti akrab dengan ketidakadilan [Tak bisa Anda pastikan bahwa uang yang Anda terima sepenuhnya adalah uang halal 100%; Anda membeli beras 15 ribu, berapa darinya masuk ke kantong petani?]. Yesus memuji kecerdikan bendahara mengelola hidup yang penuh ketidakadilan. Ia tidak terpaku pada kekayaan, tetapi fokus pada pertemanan. Secara simbolik, ia tidak lagi mengandalkan hidupnya pada gandum atau uang: gandum bisa membusuk, uang riskan pencurian, sedangkan persahabatan tidak rentan baik pada pembusukan maupun pencurian [Maka, Anda yang married, bersahabatlah dengan pasangan Anda supaya dia tak membusuk atau dicuri orang lain].
Bendahara itu mencontohkan pilihan yang kondusif untuk hidup rohani yang tersokong oleh hidup jasmani. Hidup rohani: hidup yang digerakkan oleh roh, oleh hidup ilahi yang dianugerahkan oleh dorongan cinta yang menganimasi hidup orang. Lawannya: hidup kedagingan, yaitu digerakkan oleh egoisme, dorongan alamiah untuk memikirkan diri sendiri dan melakukan apa saja yang menyenangkan diri sendiri. Bendahara yang cerdik itu mengorbankan egoismenya demi modal yang bersifat lebih langgeng. Begitulah pilihan yang jos: memperalat kekayaan yang rentan abuse dan ketidakadilan untuk membangun persahabatan yang langgeng [tidak sama dengan: membangun persahabatan dengan modal mamon]. Dalam arti itu jugalah zakat dapat dimengerti: menyucikan harta yang mengandung ketidakadilan dengan memberikannya kepada mereka yang sungguh membutuhkannya.
Kalau begitu, ‘perkara-perkara kecil’ dalam teks hari ini kiranya lebih tepat dimengerti sebagai perkara-perkara yang berurusan dengan potensi ketidakadilan harta tadi: yang sifatnya sementara, contingent, dan tak layak diperlakukan sebagai idola atau berhala. Adalah membahayakan ketika mamon menjadi tuan atas hidup orang alih-alih sebagai budak atau hamba.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya pilihan-pilihan kami sungguh sesuai dengan keabadian cinta-Mu. Amin.
MINGGU BIASA XXV C/2
18 September 2022
Am 8,4-7
1Tim 2,1-8
Luk 16,1-13
Posting 2019: Memilih Sahabat
Posting 2016: Iman Aman Amin
Categories: Daily Reflection