Kepoisme

Saya tak tahu apa jadinya dunia ini kalau tidak ada yang kepo. Perkembangan dan kemerosotan hidup manusia mestilah  gara-gara kepo ini, mulai dari buah koldi Adam-Hawa sampai kemungkinan hidup di galaksi lain. Untuk memuaskan kepo ini sekarang sudah tersedia aneka macam sumber. Yang belakangan sempat bikin heboh adalah yang berlabel ChatGPT. Bikin heboh karena para guru khawatir bakal banyak murid yang bikin skripsi bikinan ChatGPT ini. Padahal, kalau toh mereka membuat skripsi dengan minta tolong ChatGPT, rak ya malah bagus toh, bisa cepat selesai. Semakin mahasiswa cepat selesai, semakin bagus kredit universitas, semakin banyak bayarannya, wkwkwkwk….

Seandainya ChatGPT ini bisa membuatkan disertasi, pasti saya akan memakainya. Sayangnya, disertasi bukan perkara kepoisme, yang tak bisa diselesaikan oleh ChatGPT. Selama ini saya sempatkan ngobrol dengan ChatGPT dan kerap saya persoalkan dari mana datanya dia peroleh dan mengapa jawabannya tidak konsisten atau mengapa dalam buku yang dirujuknya tidak saya temukan bagian ini itu, dan berujung ChatGPT minta maaf. Ya saya beri toh; tetapi akhirnya problem hidup ini ya tetap sama seheboh apa pun perkembangan teknologinya: orang mesti memilah-milah sendiri mana informasi yang benar atau sesat, mana yang berguna, mana yang menjawab kebutuhan hidup, dan mana yang ujung-ujungnya cuma demi kepoisme.

Kepoisme itu berguna banget buat menaklukkan dunia, untuk ngerjain orang banyak, untuk memanipulasi publik, untuk bikin seru struggle for the fittest. Tersajilah aneka drama di depan mata yang cuma orang-orang tertentu dengan kekuasaannya bisa memperdaya banyak orang. Tentu, itu artinya, di mata banyak orang, cuma kebaikanlah yang disodorkan orang-orang macam begini: semua ini demi kebaikan bersama, demi kedamaian dunia, demi kemajuan bersama. Hasilnya bertolak belakang dari kampanyenya, dan orang yang menanggung dampak kepoisme itu tak melihat atau merasa dirinya sebagai kaum tertindas.

Kisah Injil hari ini tentu juga mengundang rasa kepo, baik pembaca maupun tokoh yang ada di dalamnya. Perempuan Samaria kepo kok bisa-bisanya lelaki dari Nazareth meminta air minum dari dirinya. Begitu juga murid-murid lelaki Nazareth itu kepo kok bisa-bisanya gurunya berdialog dengan perempuan, Samaria pula!
Dari dinamika kisah kelihatan bahwa pada akhirnya lelaki dari Nazareth itu malah menawarkan air yang kekuatannya melampaui air sumur yang diambil perempuan itu. Tentu, kisah itu ya tidak seperti itu detailnya. Lelaki Nazareth itu ada, perempuan Samarianya juga konkret, begitu pula pengalaman perjumpaan mereka. Hanya saja, kalau disimak secara teliti, akan kelihatan kejanggalan di sana-sini, persis karena penulis teks ini tidak sedang menjalankan fungsi reportase.

Saya sendiri menangkap pesan penulis cerita itu begini. Kepo itu pemantik yang baik sejauh tidak dituruti untuk mencari pengetahuan demi kepoisme sendiri. Maksud saya, bisa terjadi orang, saking keponya, benar-benar mencari tahu, mengejar ilmu sedalam-dalamnya, tetapi hanya berujung sebagai penaklukan, kuasa terhadap pengetahuan; dikenal sebagai orang yang berpengetahuan, kamus berjalan, wawasan luas, dan seterusnya, tetapi pengetahuan itu sendiri tak berdampak pada pemahaman dan upaya untuk membangun kebaikan hidup dan martabat manusia.

Perempuan Samaria ini semakin lama semakin sadar bahwa pribadi yang mengajaknya berdialog menawarkan jalan yang selama ini dinanti-nantikan banyak orang untuk menaklukkan dirinya sendiri, menemukan Tuhan yang dirindukannya alih-alih sekadar kepo dengan Tuhan mana yang benar dan mana yang palsu. Di situ, orang tidak jatuh pada kepoisme, tetapi menjatuhkan pilihan untuk menjalani hidup seturut keyakinan akan Tuhan yang dikenalinya.

Ateisme tidak ada karena pada prinsipnya, apa yang diyakini oleh ateis itu tidak lain adalah Tuhan yang dikenalinya. Dengan begitu, orang beragama pun bisa jadi ateis karena mendewakan agama, duit, kekuasaan, pertemanan, jabatan, mode, dan sebagainya, bahkan dengan tameng pelayanan atau kebaikan bersama.
Lelaki dari Nazareth ini seakan cuma mengatakan: kamu tidak akan usai dengan aneka ketidakpuasan sampai kamu menata seluruh hidupmu seturut jalan Tuhan. Padahal, tiada Tuhan selain Allah, dan itulah soalnya.

Jika tiada Tuhan selain Allah, orang tak bisa mengurung Allah dalam apa pun yang bertentangan dengan kinerja roh. Apa yang menentang kinerja roh? Ya yang klop dengan prinsip siapa kuat dia menang itu: di rumah, jalan, kantor pemerintahan, lembaga keagamaan, dan seterusnya. Pokoknya aku menang, orang lain gak urus!
Perempuan Samaria itu adalah Anda dan saya.

Tuhan, mohon rahmat pertobatan supaya kami dapat terlibat dalam Roh-Mu dan tidak jatuh ke dalam kepoisme belaka. Amin.


MINGGU PRAPASKA III A/1
12 Maret 2023

Kel 17,3-7
Rm 5,1-2.5-8
Yoh 4,5-42

Posting 2020: No Lockdown
Posting 2017: Makan Tuh Cinta

Posting 2014: Fragile but Called to Love
 *