Baby Box

Meskipun bapak saya literally tukang kayu, somehow, blio tak pernah membuatkan saya baby box, yang sebetulnya gampang banget bikinnya. Saya belum pernah coba sih, tapi gampang kok, kayaknya.🤭 Seingat saya, blio juga tak pernah membelikan baby box plastik atau metal untuk saya. Mungkin saja blio ini tahu bahayanya baby box, tapi paling besar kemungkinannya adalah….. blio gak punya duit wkwkwkwk.

Pada kenyataannya, relatif tak sedikit orang yang sejak kecilnya hidup dalam baby box sampai dewasa. Bedanya, baby boxnya berganti bahan: kayu, kayu bercat krayon, stainless, metal berlapis perak, emas, berlian, dan batu berharga lainnya. Entah apa pun bahannya, pokoknya orang hidup dalam baby box. Seberapa pun ukurannya, tidak mengurangi status baby box. Sekali baby box tetaplah kotak babi, loh…. kotak bebi!

Saya kira, kotak bayi ini pada prinsipnya berfungsi seperti sangkar emas atau sangkar berlian. Tidak ada sangkar yang berfungsi membebaskan penghuninya. Tentu, Anda pesilat lidah bisa mengatakan bahwa sangkar itu membebaskan penghuninya dari ancaman eksternal. Sangkar berfungsi untuk melindungi penghuninya dari bahaya eksternal.
Saya bukan pesilat, tetapi bisa saya tunjukkan asumsi Anda yang tidak tepat: seakan-akan di luar sangkar itu semuanya ancaman atau bahaya dan seakan-akan penghuni sangkar itu tak punya kemampuan apa pun untuk berhadapan dengan ancaman atau bahaya; padahal, bisa jadi loh, Anda yang hidup dalam sangkar sebetulnya sudah punya modal untuk mengubah keadaan terancam jadi gado-gado, ketoprak, karedok, atau lotek, misalnya. Bukannya tidak mungkin bahwa Anda tercipta sudah komplet dengan kemampuan untuk mengubah mara bahaya jadi cara bahagia; tapi baiklah saya tak usah ngelantur dan kembali ke baby box

Teks bacaan hari ini menyodorkan sebuah enigma penuturnya: akulah pintu baby box itu. Maksudnya? Tentu saja, untuk keluar dari baby box, masuk dalam ruang kebebasan yang sesungguhnya; kebebasan tanpa batas yang memungkinkan orang jadi manusia sejati. Akan tetapi, ini susahnya metafora, karena sudah terbiasa dengan baby box, orang menganggap kebebasan sejati itu sebagai berhala dan disembah di mana-mana: bebas berarti bisa melakukan apa saja yang dimaui, yang disukai, yang gampang, yang enak, yang tipis-tipis, yang banal, dan seterusnya.

Itulah hebatnya berhala: meyakinkan orang bahwa yang palsu itulah yang sejati. Jika kebebasan sejati berarti orang bisa melakukan apa saja yang dimauinya, bukankah itu artinya orang diperbudak oleh kemauannya sendiri? Orang bisa asik main game dan mengira bahwa mereka sedang main game dan tidak sadar bahwa gamelah yang mempermainkan mereka. Ini pernah saya singgung di posting Filsafat Main-main. Pada momen tertentu orang bisa mempermainkan bola sampai ia tak sadar bahwa dialah yang dipermainkan bola. Orang merasa memperalat teknologi tetapi tak sadar diri sedang diperalat teknologi. Begitu pula di negeri ini, sebagian orang merasa menguasai ilmu agama tanpa sadar bahwa dia diperalat agama (yang diperbudak duit).

Memahami kebebasan sejati sebagai kebebasan untuk melakukan apa saja yang dimaui atau diinginkan bisa jadi pintu baby box juga sih, cuma untuk masuk ke baby box lain. Ya itu tadi, sangkar emas tetaplah sangkar; dan sebagian orang lebih suka sangkar emas daripada sangkar kayu karena pilihannya cuma sangkar. Sangkar itu bisa jadi ekspresi keagamaan yang sifatnya ritualistik belaka, yang tak terhubung dengan hidup konkret orang. Beribadat dan sedekah jalan terus, tetapi korupsi dan manipulasi setia menemani juga. Sangkar itu bisa jadi paham Allah yang sesat, sebagai tuan besar yang suka disembah dan memegang rincian pelanggaran orang komplet dengan hukuman-hukumannya. Sangkar itu bisa jadi karir, kesuksesan, duit dan sejenisnya.

Teks bacaan hari ini mengasumsikan bahwa Allah ingin ‘menendang’ manusia ciptaan-Nya untuk keluar dari sangkar kompetisi, resiprositas, cinta bersyarat, yang bikin orang tak bisa mendagingkan Allah yang bagaikan sang surya, hanya memberi tak harap kembali.

Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan untuk mengenali pintu keluar sangkar hidup supaya kami mampu menularkan cinta-Mu. Amin.


MINGGU PASKA IV A/1
30 April 2023

Kis 2,14.36-41
1Ptr 2,20b-25
Yoh 10,1-10

Posting 2020: Pastor Bonus
Posting 2017: Pastor Jokowuih

Posting 2014: Umat Menggembalakan Imam *