Suatu pagi saya terima telpon dari karyawan. Saya kira dia mau cuti atau setidaknya mohon maaf karena terlambat. Ternyata ia melaporkan bahwa pada tugu dekat rumah kami ada coretan besar: JANGAN MEMPERTUHANKAN YESUS. Saya tak mengerti seberapa penting dan mendesaknya hal itu sehingga ia mesti menelpon saya pagi-pagi itu.
Apa gak kita hapus saja, Romo?
– Hapus? Biar apa?
Ya mosok dibiarkan?
– Kebersihan tugu itu wewenangnya dinas kebersihan dong!
Lha Romo, itu kan pelecehan terhadap Tuhan.
– Kata siapa? Itu kan malah larangan supaya jangan melecehkan Tuhan!
Loh, Romo ini gimana sih?! Kayak gak mengakui Yesus sebagai Tuhan aja!
– Halah. Bahasa kita itu kan terbatas. Obrolan tentang teman saja bisa menimbulkan salah paham, apalagi halnya berkenaan dengan Tuhan! Memangnya ada orang yang bisa mengetahui segala-galanya tentang Tuhan?
*****
Saya tahu sedikit bahasa Jawa dan saya kerap mendengar sapaan seperti Gusti Kanjeng, Gusti Pangeran, dan…. Gusti Yesus! Lha, apa saya ini mempertuhankan Sultan? Keknya engga’ deh dan sejauh ini belum ada yang protes sebutan Gusti Kanjeng sebagai upaya untuk mempertuhankan manusia!
Loh, jadi Romo ini tidak mengakui Tuhan Yesus ya?
– Loh gimana sih? Coba panggil itu yang bikin coretan! Tanya dulu maksudnya ‘mempertuhankan Yesus’ itu apa.
Maksudnya, kita itu jangan memperlakukan Yesus sebagai Tuhan.
– Iya, maksudnya Tuhan itu apa?
Ya Tuhan yang mencipta langit dan bumi, yang maha pengasih dan penyayang…
– Lha Yesus dari Nazareth itu, apa dia yang menciptakan langit dan bumi tempat dia lahir dan mati itu?
Hmm… kok muter-muter sih, Romo?
– Muter-muter piye? Pikir! Apa Yesus itu menciptakan Betlehem tempat kelahirannya?
Ya enggak sih, Romo.
– Jadi apa salahnya anjuran jangan mempertuhankan Yesus? Malah bagus, kan, kita diingatkan supaya pikir baik-baik bahwa Yesus orang Nazareth itu bukan Tuhan?!
Wah wah wah, gak loading nih saya, Romo. Jadi Yesus itu bukan Tuhan?
– Halah, balik lagi. Apa yang kamu maksud Tuhan itu?
Ya pencipta semesta.
– Lha Yesus yang lahir di semesta itu, dia menciptakan semesta gak?
Enggak.
– Jadi?
Loh, tapi kenapa dalam doa kita menyebut Tuhan Yesus Kristus? Kenapa Surat Paulus kepada Umat di Filipi (2,11) menuliskan “Yesus Kristus adalah Tuhan”? Romo sendiri menganjurkan doa nafas dengan frase “Tuhan Yesus Kristus”!
– Lhaaaa itu dia problemnya!
Yang mana, Romo?
– Kamu sebut Yesus Kristus, bukan? Dari mana nongol Kristus itu? Tadi kan cuma singgung Yesus dari Nazareth, sekarang kok pake’ embel-embel Kristus?
Hmm…dari mana nongolnya ya, Romo?
– Dari pengakuan bahwa Yesus itu bangkit!
Ooo… jadi kalau gak percaya kebangkitan Yesus, orang gak bisa menyebutnya Kristus ya, Romo?
– Ya bisa, tapi nadanya gimanaaa gitu.
O gitu, trus gimana sikap kita terhadap tulisan “jangan mempertuhankan Yesus” tadi itu, Romo?
– Ya silakan tentukan sikap sendiri dong, mosok saya ambilkan sikap! Pernyataan itu menunjukkan bahwa penulisnya (implied author) gak percaya kebangkitan Yesus toh? Yang dilihat pencoret tembok itu Yesus Nazareth: lahir, hidup, dan mati (bahkan mungkin dianggapnya tak mati). Yang kamu lihat adalah Yesus Kristus. Itu soal kepercayaan yang beda banget. Apa masuk akal memaksa orang untuk percaya atau tak percaya? Apa penulis itu memaksa kamu untuk tidak percaya pada kebangkitan Yesus?
Ya enggak, Romo.
– Jadi, ada masalah?
Masalah kebersihan, Romo…
44 responses to “Jangan Mempertuhankan Yesus, Brow!”
saya ketawa nih mbacanya…
LikeLike
Aku aja nulisnya ketawa
LikeLike
Wong Yesus kok digustek-ake, Yesus kok dibahas…
kurang gawean temen.
Yesus ki mung butuh ditresnani, wes…rampung
LikeLike
Maturnuwun rawuhipun. Mugi2 tansah sageda nresnani panjenenganipun nggih… (tapi kadang2 memang pembahasan juga diperlukan loh supaya cintanya jadi gak arbitrer), salam.
LikeLike
wkwkwkwk ngakak…….. humor dan sebuah perenungan 😀
LikeLike
Terima kasih kunjungannya. Salam.
LikeLike
Hanya masalah kebersihan hahaha
LikeLike
Terima kasih kunjungannya. Salam.
LikeLike
goblok
LikeLike
Terima kasih kunjungan dan kata yang meneguhkan itu; semoga hati Anda dipenuhi kedamaian. Amin.
LikeLike
walah, ending-nya masalah kebersihan.. :))
jika di-inggriskan versi gugel translate menjadi “Do not deify Jesus”
so, Jesus Navas (manchester city) or Juan Jesus (inter milan) ?
*malah sepakbola
LikeLike
Mas Bimakuru Yeah terima kasih sudi mampir. Masih ada Jesus Fernandez ya di Liverpool. Salam.
LikeLike
Buagus. dialog yang apik. eeh, endingnya cuma masalah kebersihan. jitak tuh yang nelpon. :v
LikeLike
Terima kasih kunjungannya. Yang nelpon itu kelihatannya malah ngerti maksud bosnya ya, supaya gak perlu ambil pusing dengan coretan-coretan macam itu (hanya demi kasih pekerjaan ke dinas kebersihan). Salam
LikeLike
Saya muslim, tapi saya menilai sikap romo ini sangat bijak dan sangat menguasai ilmu pengendalian diri.
Sangat layak diteladani semua orang.
Salam hormat buat romo itu =)
#salim
LikeLike
Mas Adi, banyak terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Semakin ke sana saya semakin yakin bahwa sudah sewajarnya kita yang percaya pada Allah ini saling bantu untuk memperdalam iman masing-masing, dan bukan terjebak pada keterbatasan bahasa kita masing-masing.
Salam,
LikeLike
[…] didn’t expect that my stats were booming after publishing “Jangan mempertuhankan Yesus” (Don’t worship Jesus as God). Since it’s still booming, I’m afraid that I […]
LikeLike
“Masalah kebersihan, Romo….”
Endingnya tak terduga. twistnya spoof banget.
LikeLike
Terima kasih atas kunjungannya ya. Salam.
LikeLike
Nah kok yesus bukan tuhan si?? Bingung saya?..
Di alkitab ada tulis kan yesus adalah Tuhan itu sendiri..
Bapa anak dan rohkudus 1 Tuhan
Yesus buat bumi begitu juga dengan Tuhan bapa
Yes 44:24 Tuhan bapa buat bumi
Kol 1:16-18 yesus buat bumi (yg bangkit dari antara orang mati adalah yesus)
Filipi 2:5-8 Tuhan bapa dalam yesus
Di Roma 9:5 juga ada…
LikeLike
Oh saya baru ngudang setelah baca 2x….wkwkwk
Tadinya gk Ngudeng. ..
Maap ya…
LikeLike
Bang Ardy terima kasih sudi mampir, syukur jika memahaminya. Ada posting lain yang mungkin menegaskan soal ini (tentu bisa mengundang pertanyaan lain)
Salam.
LikeLike
Saya muslim Romo, tapi saya kagum atas cara Romo memberikan pelajaran. Teman saya yang nasrani pernah bilang, bedakan antara penyebutan tuhan, Tuhan, dan TUHAN. Masing2 sebenarnya punya makna lain dalam Al Kitab (kata beliau).
LikeLike
Mas Syaiful, senang dan terima kasih banyak Mas Syaiful berkenan mampir. Memang kitab suci itu kalau diterjemahkan jadi ‘miskin’ ya karena bahkan satu kata pun bisa punya konteks yang beda dalam bahasa asalnya yang bisa mengurangi atau menambah makna. Teman Mas Syaiful itu saya kira menunjuk problem redaksi kitab suci Kristen (yang penulisnya bukan cuma satu kelompok). Saya menunjuk hal lain (paling kentara dalam posting berikut: Jesus is not God, I’m afraid it’s true): kita perlu memahami perbedaan bukan sebagai sumber pertikaian, melainkan justru sebagai sumber pengayaan bagi iman kita masing-masing. Semoga saya diberi kesempatan untuk menuliskan soal dialog ini.
Salam,
LikeLike
I’m an ordinary TAOist. Amat sedikit ttgku di Google. Baru aktif di FB sejak 2014, August 5.Aku bersyukur, scr kebetulan nemu Anda. Aku mau bersinergi dengan semua pihak agar keberagamaan diabaikan . diprioritaskan kemanusiaa. kita gusdurian sejati. anda sudah tingkatan sufi. mitra yang kucari. slm kenal.
LikeLike
Salam balik utk Sdr. Sidharta Adhimulya, terima kasih atas kunjungannya. Meskipun saya merasa paham maksud Anda, mungkin boleh dikatakan frase ‘keberagamaan diabaikan’ itu bisa multitafsir ya. Semoga sinergi keberagaman agama justru mengabdi kemanusiaan yang senantiasa mengarah pada yang transenden. Salam,
LikeLike
[…] tak memahami titik persamaan dan perbedaan dalam setiap agama. Orang bisa saja berpandangan bahwa orang Kristen mempertuhankan Yesus karena mereka mengungkapkan doa dengan sebutan Tuhan Yesus (Kristus). Orang juga bisa beranggapan […]
LikeLike
Ternyata ia melaporkan bahwa pada tugu dekat rumah kami ada coretan besar: JANGAN MEMPERTUHANKAN YESUS <–bagaimana jika mental JANGAN MEMPERTUHANKAN YESUS KRITUS menjadi litani kaum awam dan biarawan? Lha nyatanya mmg begitu kasat mata tho MARI MEMPERTUHANKAN DIRI, HARTA, KEDUDUKAN, RUMPUT TETANGGA juga boleh..mosok Yesus anak si tukang kayu itu mesti melakoni jalan salib jilid kedua mas Brow?
LikeLike
Maturnuwun, Pak Sanusi.
LikeLike
[…] misalnya, ditengarai sebagai biang pengubah status Yesus, ‘orang gila’ dari Nazaret itu, sebagai Tuhan bagi orang Kristen. Ia yang semula getol mengejar dan menganiaya pengikut “orang gila” itu, malah menjadi […]
LikeLike
[…] publik, hanya karena menyebut-nyebut Tuhan Yesus (padahal belum tentu juga mereka sungguh memahami kerumitan sebutan Tuhan Yesus itu), disebut […]
LikeLike
[…] sebagainya. Pokoknya, tak henti-hentinya orang mengupayakan supaya keyakinan orang kristiani pada Yesus ‘yang dituhankan’ itu goyah. Catatan singkat ini tidak menyajikan aneka kontroversi berkenaan dengan keyakinan […]
LikeLike
sek Mo..kok jadi bundet ya..hahaha dekoder saya musti ganti HD nih..hahaha ketawa mbacanya…
LikeLike
bundetnya di mana toh…
LikeLike
hahaha jadi ndak boleh ya mempertuhankan Yesus… hwaaaa bingung mo
LikeLike
Itu permainan perspektif, Om Widi. Gak perlu bingung2 amat. Orang kristiani mempertuhankan Yesus yang sudah wafat dan bangkit. Sebelum wafat dan bangkit itu ya adalah Yesus historis spt ditangkap oleh orang Yahudi, manusia biasa. Jadi, memang anjuran untuk tidak mempertuhankan Yesus itu masuk akal sejauh Yesus itu dipandang sebagai Yesus historis. Tetapi, kalau sudah menyangkut iman, kan ya terserah orang toh mau percaya pada kebangkitan Yesus atau tidak. Kalau percaya kebangkitan, berarti percaya bahwa Yesus yang historis tadi tidak tamat dengan kematian, tetapi berelasi dng Allah (yang disebut Bapa) melalui Roh Kudus. Nah, perspektif ini tak bisa dipaksakan kepada orang yg tak percaya pada kebangkitan Yesus.
Kira2 mengudar kebundetan gak?
LikeLike
hooo lumayan…. jadi ini pun juga berangkat dari asas dan dasar ya Mo..bagaimana menjadikan Yesus historis ini sebagai sarana untuk tujuan yg lebih luhur.. mengimani Yesus yang berelasi dgn Allah dan bangkit.
LikeLike
Kalau mau pakai kerangka azas dan dasar, ya brarti melihat bagaimana Yesus historis itu menghayati azas dan dasarnya. Itu mengapa orang kristiani ya mesti akrab dng Kitab Sucinya. Tanpa itu, gimana mau ngerti Yesus mempraktikkan azas n dasar? Kalau gak ngerti itu, gimana kita bisa berelasi dngnya? Dst… dst… dst…
LikeLike
anyway, thanks Mo.. ndak banyak Romo yg aktif di medsoc dan blogging seperti ini (ato saya yg kurang update ya) keep posting.. memakai sarana digital juga bagus ko..kaum muda skrg pada nongkrong di medsoc..jadi apa salahnya menyapa mereka melalui cara itu jg.. 🙂
LikeLiked by 1 person
Saya juga gak aktif2 amat kok, haha…
LikeLiked by 1 person
syalom
LikeLike
Syalom juga
LikeLike
Salam kenal, Romo. Senang membaca artikel ini. Ringan, tp lugas n menohok. Saya berterima kasih, krn tlh menjadi berkat (penguatan) bagi saya. Ijinkan saya men-share ya, Romo… Salam hormat.
LikeLike
Monggo, silakan Om Moratta, apa kabar Chelsea.
LikeLike