Mari Bersih-bersih

Beberapa hari lalu saya sempat membayangkan montoran dari Jogja ke Malang, yang cuma butuh waktu empat jam jika motor boleh masuk tol. Motor yang saya pakai ini cuma 155cc sih, tapi sudah melampaui 150cc sehingga menurut usulan itu, masuklah Pak Eko. Anggota Dewan ini perhatian sekali ya pada rakyat jelata seperti saya yang cuma mampu beli motor 155cc, itu juga karena sumbangan, belas kasihan, dan dengan menjual motor kesayangan lainnya. Jalan tol bukan cuma untuk orang kaya! Pemotor pun punya hak untuk menikmati hasil pembangunan! It’s cool. Perhatian sekali anggota Dewan ini.

Akan tetapi, ketika tahu bahwa si pengusul itu adalah ketua Dewan yang berhobi moge, bayangan saya tadi hancur berkeping-keping. Saya tidak menganggap usulannya keliru. Usulan itu masih bisa diperdebatkan dan saya tidak mempersoalkan materi usulannya. Saya mempersoalkan modusnya saja, yang bikin kepercayaan saya terhadap kinerja Dewan belum terdongkrak juga. Rasanya susah betul mencari anggota dewan yang punya intensi murni. Andaikan separuh anggota dewan itu punya karakter seperti Jokowi….
Ndelalahnya, pagi ini malah nemu gambar berikut ini: Foto itu tidak saya maksudkan untuk memengaruhi Anda nanti memilih caleg, tetapi Anda ingat pertanyaan Jokowi yang dianggap sebagai serangan berkenaan dengan pelolosan caleg mantan koruptor? Dalam hal ini, Jokowi lebih terbebaskan dari beban ketua partai dan komitmennya terhadap pemberantasan korupsi lebih terlihat.
Loh loh loh, kok malah jadi nyenggol caleg capres sih? Lha bacaannya ki apa je, Rom, kok mlipir ke situ?

Bukan cuma teks bacaannya, melainkan juga teladan yang diperingati Gereja Katolik hari ini cocok untuk hal yang sudah saya singgung itu. Teks bacaannya omong soal pelita yang tentu saja hakikatnya bukan untuk ditutup-tutupi. Lucu aja dong Anda memproduksi bolam lampu berwarna hitam! Lampu itu ya baru berarti jika terangnya bisa memancar.
Sementara itu, Yohanes Bosko adalah sosok yang piawai dengan the art of the midwife (tulisan lima tahun lalu). Hidup di awal abad ke-19, mendirikan tarekat yang disebut Serikat Salesian Don Bosco. Kalau Anda jumpai nama orang dan di belakangnya diberi nama keluarga SDB, barangkali dia adalah anggota serikat ini. Beliau ini sosok pendidik orang muda yang bawaannya ceria gembira tetapi menukik ke kedalaman. Bagi beliau, pendidikan adalah soal menarik sesuatu keluar dari hati orang sehingga terkuaklah hal terbaik dari dirinya untuk menanggapi urusan duniawi ini: di situlah Allah memanifestasikan Diri.

Maka dari itu, baik juga sih kalau daftar koruptor yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dikuak. Lebih keren lagi kalau bukan cuma kasus korupsi, melainkan kasus pelanggaran HAM bisa dikuak, hahaha… entah capres mana yang akan terkena akibatnya. Asudahlah, poinnnya ialah alih-alih memproyeksi kepentingan diri kepada anak didik, kepada rakyat, kepada agama, orang beriman mesti senantiasa mencari cara untuk menguak yang terbaik dari kedalaman hatinya dan kedalaman hati sesamanya. Pendidik seperti ini tak mungkin membentak, apalagi memukul anak didiknya hanya supaya mengikuti keinginannya.

Tuhan, mohon rahmat kesabaran untuk mengikuti proses cinta-Mu bagi kami semua. Amin. 


KAMIS BIASA III C/1
Peringatan Wajib S. Yohanes Bosko
31 Januari 2019

Ibr 10,19-25
Mrk 4,21-25

Posting Tahun III A/1 2017: Bangsa Baper
Posting Tahun III C/2 2016: Gerakan Agama Nusantara

Posting Tahun III B/1 2015: Ayo Berlagak Jadi Presiden