Gue Banget

Seorang pelajar yang suka mencontek saya ajak untuk melihat sendiri kegembiraan sejatinya, dan ternyata antara dirinya dan saya yang seusia pakdhenya itu tak ada perbedaan dalam mengerti kegembiraan sejati. Saya merumuskan bahwa kegembiraan sejati itu muncul ketika orang menjadi dirinya sendiri dan pelajar itu mendapati bahwa ternyata menyelesaikan tugas dengan jerih payah sendiri lebih menggembirakan daripada merampungkannya dengan bantuan teman. Ini bukan soal egoisme, melainkan soal aktualisasi diri. Semakin orang dapat mengaktualisasi diri, semakin ia bisa bergembira. Problemnya tentu saja pemahaman diri itu sendiri. Tidak setiap pernyataan ‘gue banget itu memang sungguh-sungguh ‘gue banget‘.

Pada situs media online diwartakan kisah seorang yang semula islamofobia, tetapi karena sosok Mohamed Salah, ia jadi mualaf. Kesaksian hidup Mohamed Salah membuka wawasannya dan menarik ungkapannya bahwa ia merasa menjadi dirinya sendiri usai mengungkapkan diri sebagai  seorang muslim. Kalau itu adalah aktualisasi diri terdalamnya, tentu ia mengalami kegembiraan sejati karena memperoleh hidayah. Sebagaimana ia lihat Mohamed Salah sebagai sosok muslim yang taat, saya kira dia pun ingin konsekuen untuk melakukan sinkronisasi antara hidupnya dan ajaran Islam; dan manakala sinkronisasi itu terjadi, kegembiraan sejatilah ganjarannya.

Paralel dengan itu adalah kisah para murid yang diutus Guru dari Nazareth dan pulang kembali dalam kegembiraan. Macam-macam alasannya: karena prediksi Guru mereka sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi, karena petunjuk Guru untuk penyelesaian tugas mereka membuahkan hasil baik yang tak mereka bayangkan sebelumnya. Tak ayal lagi, seperti mualaf yang berterima kasih kepada Mohamed Salah tadi, para murid ini juga kembali kepada Guru dari Nazareth dan kepercayaan mereka kepadanya bertumbuh. Ini tentu suasana yang menggembirakan dan barangkali di situlah letak kegembiraan yang sesungguhnya: ketika aktualisasi diri itu klop dengan panggilan hati, tempat Allah berkata-kata, seperti sudah disinggung dalam posting kemarin.

Guru dari Nazareth mengundang orang untuk melihat alasan sesungguhnya dari kegembiraan sejati. Ini bukan kegembiraan karena hasil, meskipun karena hasil yang baik orang pantas bergembira. Ini juga bukan kegembiraan karena capaian kinerja mendapat nilai akreditasi A+. Kembali ke refleksi Oscar Romero yang saya sitir kemarin, segala hasil yang diperjuangkan dan dinilai orang itu ada di ranah politis. Saya sadar bahwa ranah politis itu bisa jadi tempat orang mengaktualkan ‘diri yang lain’, yang bukan ‘gue banget‘, dan yang diklaim ‘gue banget‘ pun belum tentu senyatanya begitu.

Yang ‘gue banget‘ sesungguhnya adalah yang dilihat mualaf tadi dari kedalaman hatinya: orang yang membuat wahyu Alquran terealisasi dalam hidup konkret. Itu paralel dengan para murid yang membuat petunjuk Guru dari Nazareth ternyatakan dalam pekerjaan mereka. Di situlah kegembiraan sejati: ketika orang memahami dirinya, dari kacamata Guru dari Nazareth itu, sebagai anak-anak Allah yang dicintai Allah sendiri.
Tentu ada banyak problem tafsir yang membuat pemahaman diri semacam itu sulit tercapai, apalagi kalau orang tak punya benih kepercayaan bahwa hidupnya, seberapa pun kacaunya, sungguh merepresentasikan cinta Allah sendiri.

Ya Allah, mohon rahmat kegembiraan sejati semata karena cinta-Mu. Amin.


SABTU BIASA XXVI C/1
5 Oktober 2019

Bar 4,5-12.27-29
Luk 10,17-24

Sabtu Biasa XXVI B/2 2018: Agama Sableng
Sabtu Biasa XXVI A/1 2017: Seeing God
Sabtu Biasa XXVI C/2 2016: Wanted Sparring Partner

Sabtu Biasa XXVI B/1 2015: Ayo Daftar Ulang
Sabtu Biasa XXVI A/2 2014: Papa(ku) Miskin

 

2 replies

  1. Judulnya itu Romo….Gak Gua Banget🤣😓 In my view, each of us undergoes specific personal experience/s and I have no idea if every of us is lucky enuf to stop at one point to realize the milestone of the said Gua Banget. Setidaknya itu dr pengalaman sy pribadi Mo, semoga bukan karena kurangnya benih kepercayaan spt di alinea akhir di atas. Wow, krn kl masalah iman & kesetiaan itu udah 1000% banget gak pernah goyah tapi sering pada satu titik mulai merasakan seakan2 itu apa yg Tuhan inginkan & I’m set to give in totally…. blaaash something always happens sehingga tatanan emosi jadi upside down lagi. Like a never ending cycle. Mungkin inilah yg membuat hidup iman manusia makin “hidup” ya Mo, gak statis terjerat dlm Zona Nyaman yang cenderung memabokkan yg bisa membuat hidup kita jadi datar dan akhirnya gak greeng lagi buat bawa kebaikan bagi orang lain, komunitas dan sesama. I’m hoping this turbulance will reach its destined point of arrival one day very soon. Capek juga ooii sepanjang masa rasanya hehe saatnya slo mo at peace lah. Have u arrived at yours too, BTW? Kayaknya saat itu Rm pernah bilang masih menulisi lembaran2 tsb😁. Aniweilah, selamat berakhir pekan Rm Andre 🙏

    Like