Believe it or not

Dalam situasi-situasi tertentu, manusia menemukan jalan buntu, yang bahkan perubahan struktur pun tak bisa membantu. Cobalah tengok struktur mana di kolong langit ini yang terbebaskan dari ketidakadilan sosial, kemiskinan, kesenjangan, dan sejenisnya. Demokrasi, yang konon dianggap sebagai sistem politik terbaik, akhirnya hanya menunjukkan diri sebagai kondisi minus malum, necessary condition, alih-alih sufficient condition. Hukum agama sudah dengan sendirinya bersifat sektarian atau komunitarian, bahkan meskipun klaimnya universal.

Gampangnya begini: Anda yang terbuka pada poligami, kiranya gak mau tunduk pada hukum agama yang memaksakan monogami. Di situ, hukum agama bersifat diskriminatif.
Oh tidak, Rom, hukum agama saya mengakomodasi hidup mereka yang berbeda keyakinan; mereka dijamin menjalankan hidup seturut keyakinan mereka sendiri. Lha, itu berarti sifatnya komunitarian; setiap kelompok masyarakat boleh hidup dengan aturannya sendiri seturut keyakinan religius mereka, tetapi secara politik dikuasai oleh sekelompok orang tertentu. Entah sifat sektarian atau komunitarian, keduanya menantang klaim universalitas.

Akan tetapi, teks bacaan hari ini tidak bicara mengenai sistem politik atau hukum yang dipromosikan Guru dari Nazareth. Ceritanya sederhana: dua orang buta mengikuti Guru dari Nazareth dan berteriak-teriak minta belas kasihan. Tentu maksudnya supaya mereka disembuhkan. Fakta bahwa dua orang buta itu luntang-luntung mengikuti Guru dari Nazareth (bukan karena dipanggil untuk mengikutinya) mengindikasikan bahwa mereka tak tersentuh oleh struktur kekuasaan. Dinas sosial, dinas kesehatan, tak berdaya menangani mereka. Struktur kekuasaan itu mendapati jalan buntu. Apakah bantuan mesti datang dari luar struktur kekuasaan? Nyatanya, dua orang buta itu meminta bantuan pada Guru dari Nazareth.

Yang mengejutkan saya ialah, ini saya melompat: kalau Allah datang membantu manusia buntu, Dia melakukannya seturut ukuran iman manusianya sendiri. Ia tidak begitu saja, sekurang-kurangnya tidak selalu, membuat disrupsi dengan intervensi sulap atau santet, tetapi dengan dialog yang melibatkan manusia buntunya sendiri. Pertanyaannya berlaku umum,”Kamu percaya Aku bisa membantumu?” Grazie a Dio, thank God, orang buta itu menjawab,”Kami percaya.”
Jalan buntu tidak begitu saja diruntuhkan oleh sesuatu di luar struktur atau oleh struktur lain. Perubahan bisa juga datang dari perubahan sikap agennya.

Ini bukan perkara “aku bisa” njuk semua jadi bisa, melainkan soal “aku percaya Dia memampukan aku untuk mengubah sesuatu”. Maka, jawaban yang diberikan Guru dari Nazareth kira-kira begitu: terjadilah seturut apa yang kamu yakini. Ini menyiratkan rida Allah bagi mereka yang menaruh kepercayaannya kepada Allah, dan ikhtiarnya pun membongkar jalan buntu.

Ya Allah, mohon rahmat kerendahhatian supaya seluruh jerih payah kami boleh jadi wujud bantuan konkret-Mu bagi hidup kami bersama. Amin.


JUMAT ADVEN I
4 Desember 2020

Yes 29,17-24
Mat 9,27-31

Posting 2019: Paham Pancasila Rung?
Posting 2018: Saat Kaki Terinjak

Posting 2016: Jakarta Puas?

Posting 2015: Hati Teroris

Posting 2014: T3M vs M3T

1 reply

  1. 😂🤭raut wajah Si Engkong membuat sdkt bertanya. Apakah hidup mmg absurd, atau mns yg absurd. Haha. Tp pertanyaan bs menjd rumit, ktk disebutkan, menurut Gambar Allah Dia menciptakan si Engkong, eh mns. Itu adh gambaran yg sangat positif ttg umat mns. Sejak awalpun, kt jg diberitahu bhw dunia yg Tuhan ciptakan itu baik. Jd apakah mns sbnrnya baik atau buruk? Brgkl penjelasannyaseperti yg pernah Rm argumenkan, ttg cinta yg tdk posesif. Bhw Sang Mahacinta dg atau krn mahacintaNya, lalu menciptakn mns dg kehendak bebas. Sang Mahacinta tdk hendak mengendalikan yg dicinta, mns. Krn bila yg dicinta dikekang dn hanya perpanjangan dr Sang Mahacinta, maka pencinta hanya mencintai dirinya sendiri. Jd Sang Mahacinta tdk mementingkan diriNya sendiri dg mns, krn CintaNya. Krn hanya dg demikian Tuhan memiliki mns yg sejati utk dicinta, bkn boneka atau bidak, nmn mitra yg bebas. Woooow bayangkan ketk mns dengan congkaknya malah memonopoli Tuhan seolah Tuhan hanya berpihak pdnya, berarti dia tdk mengerti secuilpun ttg Mahacinta Tuhan. Nmn bs jd itu dikrnkan ada kegagalan utk berpikir, alias gak mikir, haha, bhw iman otentik sbnrnya timbul krn pengalaman dn perjalanan dg Tuhan yg membuat semakin menyerupai yg dicinta, Sang Mahacinta, wooow. Bila demikian, brkl lalu tindakan iman terbesar bkn lg pd percaya pd Tuhan, ttp melihat wajah Tuhan dlm sesama, termasuk si Engkong. Salam buat Engkong dn Romo. 🤗🙏aku wow sampai dua kali😯

    Liked by 1 person