Way of Proceeding

Salah satu buah nyepi selama delapan hari kemarin ialah konfirmasi atas pentingnya suatu cara bertindak, way of proceeding atau manner of action, terlepas dari apa yang dihasilkannya. Kalau cara bertindaknya tepat, hasilnya juga tak berkhianat. Semakin lurus cara bertindak, semakin tulus hati tempat berpijak. Itu mengapa transparansi dan akuntabilitas menjadi penting dalam layanan publik. Sayangnya, dua prinsip itu kerap hanya diminta dari pelayan publik, seakan-akan yang dilayani bebas semaunya saja.

Bacaan-bacaan hari ini menyodorkan suatu cara bertindak yang berlaku bagi siapa saja yang mengklaim diri beriman. Guru dari Nazareth, yang dirujuk Yohanes sebagai Mesias, memberikan orientasi kepada para pengikutnya bukan pada dirinya sendiri sebagai destinasi, melainkan pada Kerajaan Allah, yang menurutnya sudah dekat. Akan tetapi, kedekatannya sangat bergantung pada pertobatan orang-orangnya sendiri. Sebagaimana sudah saya paparkan dalam posting What do you mean by conversion, tobat bukan pertama-tama perkara kapoknya, melainkan soal melakukan reorientasi keterlibatan hidup sehingga Kerajaan Allah tadi semakin nyata. Sikap tobat itu menjadi landasan cara bertindak yang dapat menuntun orang pada Kerajaan Allah.

Tentu, sikap tobat saja tidaklah cukup. Orang butuh penuntun supaya sikap tobat itu bukan cuma ikhtiar manusiawi belaka. Penuntun itu tak lain adalah Allah-bersama-kita yang termanifestasikan dalam roh. Sayangnya, roh itu tidak tunggal juga. Ada yang memang sungguh manifestasi Allah-bersama-kita, tetapi ada juga yang hanya iklan numpang lewat entah dari mana. Pada kenyataannya, orang tidak selalu bertindak atas dasar Allah-bersama-kita, tetapi atas dasar iklan yang numpang lewat itu. Oleh karena itu, penulis teks bacaan pertama menyarankan orang beriman supaya senantiasa menguji roh-roh yang mondar-mandir menawarkan iklan.

Dengan demikian, selain sikap tobat, sikap terbuka untuk menguji roh-roh yang menarik perhatian adalah bagian dari cara bertindak yang menjamin ketulusan hidup seseorang. Tentu orang bisa keliru juga dalam menguji roh dan pilihan atau keputusan dan hasilnya bisa keliru. Akan tetapi, itu tak lagi jadi problem besar jika ada sikap tobat yang memberi reorientasi hidup orang. Kalau begitu, hasil pemilu sudah semestinya diterima sejauh cara pemilu memang jurdil. Jika demikian, tak penting orang memilih ini atau itu sejauh cara memilihnya memang tepat; tak masalah orang memilih jurusan anu atau inu asalkan memang cara menentukan pilihannya waras. Begitu seterusnya sehingga orang beriman sungguh bertekun dalam pembedaan roh.

Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan untuk membedakan mana yang tak dapat kami ubah dan mana yang sungguh perlu kami ubah dan keberanian untuk melakukannya. Amin.


HARI BIASA SETELAH PENAMPAKAN TUHAN
Senin, 4 Januari 2021

1Yoh 3,22-4,6
Mat 4,12-17.23-25

Posting 2019: 80 Juta Saja
Posting 2016:Mulai dari Kamu… Ya Kamu

Posting 2015: Gantian
Dong