Tiga

Published by

on

“Kampanyenya telat, Mo!” Begitu komentar salah seorang umat sewaktu saya berkhotbah di salah satu gereja dekat perbatasan dengan kota kelahiran saya. Padahal, sebetulnya umat itu ya sudah tahu: kalaupun tidak telat, kampanye saya tiada artinya, dan sudah dipastikan kalah sebelum bertanding. Uang, lagi-lagi uang, keuangan yang maha kuasa….

Saya benar-benar tidak bermaksud kampanye dengan menyebut angka tiga karena memang konteks bacaan hari ini mengindikasikan aneka tiga: tiga kaisar sejak kelahiran Yesus sampai berita heboh pasca kematiannya dan tiga reaksi terhadap satu fakta. Mari simak tiga yang pertama.

Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Augustus dan bikin gerakan sosio-religius-politik di masa Kaisar Tiberius sampai matinya. Nah, 30 tahun kemudian, Kaisar Nero penasaran dengan sosok yang ada dalam tahanan rumah di Roma. Namanya Paulus. Ini orang kenapa dipenjara, tidak tampak sebagai penjahat. Ketemulah persoalannya. Sementara orang-orang Yahudi sebagian besar mengatakan bahwa Yesus dari Nazareth itu mati dan murid-muridnya bikin skenario supaya klaim mereka diterima, Paulus ini malah ngotot bahwa Yesus dari Nazareth itu telah bangkit. Bikin kisruh saja. Kisruh membahayakan legitimasi kekaisaran.

Nah, dalam perbedaan versi narasi itulah penulis Injil Yohanes menuturkan kisahnya dan kisah yang dibacakan pada pagi hari ini mengindikasikan tiga reaksi terhadap fakta yang tak tersangkal oleh tiga versi reaksi itu: makam kosong. Reaksi pertama direpresentasikan oleh kesimpulan yang diutarakan Maria Magdalena: ternyata jenazahnya dipindahkan, dicuri, digarong orang. Bisa jadi kasak-kusuk skenario pencurian terdengar oleh Maria juga, entahlah.

Reaksi kedua diwakili oleh Petrus, tapi untuk mengetahui reaksinya, memang perlu dikontraskan dengan reaksi pertama dan ketiga: bukan pertama dan bukan ketiga. Bukan pertama berarti Petrus tidak bisa memastikan bahwa jenazahnya dicuri orang, karena tak masuk akallah pencuri jenazah melipat rapi kain kafan dan penutup kepala di makam. Ngapain? Apa biar gak ketauan nyolong jenazah 127 trilyun gitu po? Petrus seakan speechlessReaksi ketiga, tidak menunjuk nama tertentu, itu berarti undangan bagi pembaca untuk mengambil respon seperti orang ketiga: percaya bahwa dia telah bangkit seperti yang selama ini dia omongkan di sana-sini sewaktu masih hidup.

Jadi, mungkin perlu saya ulangi posting kemarin: pijakan iman tidak terletak pada penderitaan dan kematian Yesus yang berujung pada makam kosong, yang tidak membuktikan apa-apa. Orang bisa bilang jenazahnya dicolong bahkan oleh muridnya sendiri untuk klaim ideologi kebangkitan. Kebangkitan yang diwartakan Paulus tidak lagi membutuhkan bukti forensik terhadap fakta di balik makam kosong.

Paska bin misteri kebangkitan jadi perkara pembalikan: dari keinginan untuk dihargai menjadi keinginan untuk menghargai, dipahami jadi memahami, diperhatikan jadi memperhatikan, dicintai jadi mencintai.

Tuhan, semoga kami ingin lebih menghibur daripada dihibur, mencintai daripada dicintai, memahami daripada dipahami, dan seterusnya. Amin.


HARI RAYA PASKA
31 Maret 2024

Kis 10,34a.37-43
Kol 3,1-4
Yoh 20,1-9

Posting 2020: Ayo Lari
Posting 2019: Paska Sexy Killers

Posting 2018: Tiga Cinta

Posting 2017: Parade Maido

Posting 2016: Bukan Yesus Yang Mati
 
Posting 2015: Selamat Paska, Jangan Lelah

Posting 2014: Bukan Bukti, melainkan Saksi

Previous Post
Next Post