Efisiensi 2

Published by

on

Dengan keyakinan monoteis, Anda mungkin bisa jadi lebih irit daripada politeis atau kabinet gemuk #loh. Maklum, Anda tak butuh bermacam-macam Allah dengan segala wakilnya untuk urusan tetek bengek hidup Anda. Sekurang-kurangnya, dalam rumusan doa, Anda tak memerlukan berbagai nama dan jobdes mereka untuk aneka kebutuhan hidup Anda, mulai dari sembako sampai bisnis tembako atau baju koko. 

Akan tetapi, tahukah Anda bahwa pada prinsipnya konsep doa yang diadopsi kaum politeis bisa berlaku juga pada pemeluk monoteis? Irit personalia tidak berarti irit rumusan, bahkan Anda bisa jumpai penganut monoteis pun doanya panjang lebar, ngalor ngidul ngetan ngulon. Percaya bahwa Allah mahatahu, tapi tetap saja dalam doanya tersirat nafsu untuk memberi informasi seakan-akan Dia tidak tahu bahwa si pelantun doanya lapar, butuh mangsa baru, ingin bisa plesir dengan nyaman, mau berumur panjang, dan seterusnya.

Yang lebih parah dari itu ialah sifat transaksional dalam politeisme bisa ditransfer juga dalam monoteisme. Ya itu tadi, irit personalia tidak berarti irit kepentingan diri. Hanya satu Allah yang disebut, tetapi repetisi doa ritualnya bertele-tele; omong kosong gombal amoh. Di situ tak ada niat selain menarik perhatian dari Allah dengan rumusan tepat untuk efektivitas doa dan, dengan demikian, sama saja dengan politeisme: doa adalah instrumen manipulatif supaya Allah, entah banyak atau sedikit, memperhatikan kepentingan si pendoa dan mengabulkannya! Sontoloyo tenan toh ciptaan Allah ini?

Teks bacaan utama hari ini menawarkan doa sebagai ungkapan kepercayaan kepada satu Allah yang sudah tahu aneka tetek bengek kebutuhan kita sebelum kita memintanya. Artinya, doa permohonan bukanlah perkara memberi informasi kebutuhan kita, apalagi memanipulasi Yang Ilahi demi kepentingan pribadi, melainkan soal meletakkan diri dalam kepercayaan penuh kepada Allah dan mengakui kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Hal ini dirumuskan dalam doa Lord’s Prayer alias Bapa Kami.

Ironisnya, sebagian orang memakai rumusan itu diulang-ulang tanpa bosan untuk memaksa Allah, kalau bukan memanipulasi-Nya, dengan dalih anjuran Yesus untuk berdoa tiada jemu. Tampaknya Allah tiada jemu juga menunggu orang bertobat untuk lebih memahami doa sebagai kesadaran dalam aksi untuk tekun belajar, bekerja keras, berjuang untuk keadilan sosial, dan seterusnya. Juga dalam bentuk petisinya, doa Bapa Kami sudah mengandaikan pendoanya memikirkan kepentingan bersama baik dalam upaya membagi rezeki secara adil maupun memberi pengampunan supaya hidup manusia lebih bermartabat dalam aneka godaan dan cobaan.

Tuhan, ajarilah kami untuk berdoa tanpa banyak lagak. Amin.


HARI SELASA PRAPASKA I
11 Maret 2025

Yes 55,10-11
Mat 6,7-15

Posting 2021: Doa Cakep
Posting 2020: Panic Buying
Posting 2019: Rahmat Si Pengampun

Posting 2018: Malu Beragama?

Posting 2017: Doa Nonsense

Posting 2016: Sumur Resapan Doa

Posting
2015: The Power of Prayer

Posting 2014: Lord’s Prayer: Principle and Foundation

Previous Post
Next Post