Kisah Les Misérables karya Victor Hugo mengingatkan saya pada kelumeran hati yang jahat dalam perjumpaannya dengan kemurahhatian. Tampak seperti absurd, tetapi begitulah kenyataannya juga: asalkan dalam hati orang sudah ada keterbukaan pada kebaikan, yang lain-lainnya akan bergerak mengarah ke sana. Jean Valjean, seorang mantan napi, mencuri perabotan perak milik uskup. Ketika polisi menangkap Valjean dan membawanya kembali ke rumah uskup, tuan rumah malah mengafirmasi kebohongan Valjean bahwa perak itu adalah hadiah untuknya dan menambahkan cerita bahwa dia juga tadinya mau memberikan tempat lilin perak kepadanya. Tindakan uskup itu memantik pergulatan batin Jean Valjean yang digambarkan dengan baik dalam kata-kata Hugo sendiri, tapi silakan baca sendiri ya novelnya😁.
Sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya apakah itu yang disebut sebagai white lie, dengan asumsi seakan-akan ada kebohongan yang dijadikan instrumen untuk menuju kebaikan. Ya, itu mirip juga dengan momen ketika Guido bercerita mengenai perlombaan kepada Giosuè ketika mereka sesungguhnya diangkut ke kamp pembantaian. Perspektif hitam-putih hanya akan memahaminya dengan perkara kebohongan dan kejujuran. Akan tetapi, baik uskup maupun Guido mengundang lawan bicaranya untuk melihat momen hidup mereka sebagai momen epifani, momen revelasi, momen penyingkapan realitas baru yang memungkinkan mereka untuk bersama-sama menghadapi kenyataan secara baru. Ajakan itu tak mungkin ditangkap oleh orang-orang yang selalu meminta tanda demi memuaskan kepo mereka sendiri atau demi kekuasaan mereka untuk mengontrol orang lain.
Teks bacaan utama hari ini menegaskan bahwa kepada orang-orang yang tertutup hatinya, tak akan diberikan tanda bukan karena tanda itu tidak diberikan, melainkan bahwa mereka tak akan menangkap tanda sebagai sesuatu yang diberikan kepada mereka. Mereka itu tentu saja adalah Anda dan saya, ketika kita terperangkap atau memerangkapkan diri dalam sebuah sistem pemikiran tertutup, yang tak punya lagi kemungkinan baru untuk meyakini bahwa setiap momen orang bisa jadi berbeda, meninggalkan dunia lama yang diseret-seret jadi beban.
Tuhan, mohon rahmat kepekaan batin untuk menangkap tanda-tanda cinta-Mu di sekeliling kami. Amin.
HARI RABU PRAPASKA I
12 Maret 2025
Posting 2021: Hati Jantung
Posting 2020: Pasti Tak Pasti
Posting 2019: Maafkan Hoaks
Posting 2018: Jalan (Gagal) Pulang
Posting 2017: The Power of Emak
Posting 2016: Apa Guna Posesif?
Posting 2015: Belajar Tobat dari Orang Lain
Posting 2014: Repentance: Fusion of Horizons
