Rombak Kabinet

Published by

on

Empat tahun lalu, pada hari yang dirayakan Gereja Katolik hari ini, saya beri judul refleksi saya “Rombak Agenda” dengan inspirasi tokoh yang tahu bagaimana ‘melepaskan’ rencana hidupnya untuk kebaikan yang lebih besar. Judul itu beresonansi dengan ide yang pernah muncul di kepala saya mengenai kabinet gendut: mbok bubarin aja. Semakin dipertahankan, semakin memberi peluang untuk menciptakan wacana ngalor-ngidul dengan segala kebijakan dan omongan publik yang semakin tidak kredibel. Bukankah ini semakin memperparah kondisi hukum yang juga terasa tak pasti, apalagi menilik indeks demokrasi?

Dalam situasi chaotic memang dibutuhkan pemimpin otoriter, yang bisa juga memobilisasi aparat negara, termasuk militer. Akan tetapi, gimana kalau sebetulnya yang chaotic itu pengelola negaranya ya? Apakah pengelola negara yang chaotic juga mesti dihadapi dengan kepemimpinan otoriter dan, misalnya, mengerahkan TNI di posisi-posisi sipil? Saya emboh, tetapi kalau memang TNI, karena kemampuannya yang semakin mumpuni untuk menangani perkara-perkara sipil, mbok yao TNI ini diputus dari jalur komando TNI. Nanti kalau masa baktinya selesai dan hendak kembali ke jalur komando, itu lain soal.

Alhasil, kalau kabinet gemuk itu dirombak dan pemimpin otoriter mesti memanfaatkan jasa TNI, tentu tak jadi soal besar sejauh yang dimanfaatkan adalah kompetensinya, bukan jalur komandonya. Demi kepentingan yang lebih besar, why not mengapa tidak? Kabar buruknya ialah, sudah ada preseden bahwa jasa TNI di ranah sipil mendongkrak kenaikan pangkat militernya. Di situ saya emboh juga dan hanya bisa berharap bahwa di antara kabinet gemuk itu semakin banyak yang mengambil peran senyap demi kepentingan yang lebih besar lagi bagi seluruh rakyat Indonesia.

Harapan itu memang tipis saja mengingat biar bagaimanapun, status quo lebih nyaman bagi mereka yang mempersepsi diri sebagai penguasa yang sedang menjalankan amanah, entah amanah dari mana. Meskipun tipis, berharap boleh saja, bukan? Semoga Tuhan membocorkan rahasia mitigasi situasi chaotic di negeri ini. Amin.


HARI RAYA S. YUSUF, SUAMI SP MARIA
(Rabu Prapaska II)
19 Maret 2025

2Sam 7,4-5a.12-14a.16
Rm 4,13.16-18.22
Mat 1,16.18-21.24

Posting 2021: Rombak Agenda
Posting 2020: Jangan Takut

Posting 2019: Merangkak Tanpa Mangkrak
Posting 2018: Kau Terlalu Baik

Posting 2017: Siapa Dulu Suaminya

Posting 2016: Beneran Amanah?

Posting 2015: Cinta Bukan Ngampet
Posting 2014:
From Humiliation to Humility

Previous Post
Next Post