Moge

Published by

on

Ini pertama kali saya memimpin ibadat bagi umat yang mayoritas bisa berteriak “Horas” dari kedalaman hati mereka. Sadar diri berhadapan dengan umat yang punya suara lantang, saya tak berpretensi untuk berkhotbah dan saya hanya mengulang cerita yang lebih dari dua dekade lalu saya sampaikan di hadapan ribuan umat dengan beragam latar belakang. Ini kejadian di Jalan Rasuna Said, Jakarta, pada suatu hari Minggu. Dari arah Mampang Prapatan meluncur mobil yang dikendarai seorang anak muda, yang berjalan sejajar dengan moge di sebelah kanannya. Pada suatu saat, si pengendar moge mengetuk kaca pintu pengendara mobil dan pengendara mobil ini menurunkan kaca pintunya.
“Woe, lu pernah naik Harley kagak?” si pengendara moge berteriak kepada pengendara mobil.
Sang pengendara mobil tidak menjawab pertanyaan itu dan menutup kembali kaca pintu mobilnya.Tak berapa lama kemudian, si pengendara moge mengetuk kaca pintu mobil lagi dan berteriak, “Woe, gua tanya, lu dah pernah naik Harley belon?”
Si pengemudi mobil tidak membuka kaca pintu mobil tetapi bisa mendengar teriakan pengendara moge dan ia mulai jengkel dengan aksi arogan pengendara moge itu. Akan tetapi, ia mendiamkan saja pengendara moge itu. Baru ketika si pengendara moge mengetuk kaca pintu mobil ketiga kali, si pengendara mobil membuka kaca pintu mobilnya dan suara keras terdengar di telinganya “Woeeee, lu pernah naik Harley belon?”
Kali ini, si pengendara mobil tak dapat menahan kejengkelannya dan ia berteriak membalas,”Belagu lu!” sambil mengurangi kecepatannya supaya tak beriringan dengan moge itu. Moge meluncur mendahului pengendara mobil.
Akan tetapi, menjelang lampu merah di daerah Kuningan, terjadi kemacetan lumayan parah dan dari kejauhan pengendara mobil ini melihat ada laka lantas dan ternyata juga dia lihat ada moge yang tergeletak di tengah jalan dan pengendaranya tergeletak tak jauh dari situ.
Si pengemudi mobil ini menepikan mobilnya, keluar dari mobil dan mendekati si pengendara moge yang jatuh itu dan segera meneriakinya, “Mati kau! Baru naik Harley aja dah banyak gaya!”
Si pengendara moge meringis dan berkata lirih,”Bukan gitu, Bang. Gua tadi mau nanya gimana caranya ngerem motor Harley.”

Pada kenyataannya, orang harus memikirkan perkara-perkara ‘di bawah’ mulai dari bangun pagi sampai tidur kembali di malam hari. Akan tetapi, memikirkan perkara-perkara ‘di bawah’ dengan perspektif hukum rimba, ujung-ujungnya adalah kultur kematian yang membuat orang hanya bisa menilai kebaikannya sendiri tanpa menguji penilaiannya terhadap orang lain. Memikirkan perkara-perkara ‘di atas’ dalam surat Paulus yang dibacakan hari ini kiranya berarti juga memikirkan perkara-perkara duniawi dengan perspektif ‘surgawi’ alias memakai cara-cara yang sejalan dengan hati nurani yang senantiasa diasah keselarasannya dengan kehendak Allah. Begitulah kebangkitan, yang hanya dapat dimengerti oleh ‘murid yang dikasihi Yesus,’ yaitu Anda dan saya yang tidak kehilangan harapan seperti Maria Magdalena atau terlalu rasional dalam membuat kalkulasi iman atas dasar bukti. Kebangkitan tidak datang dari bukti, tetapi dari harapan akan cinta abadi.
Semoga Anda dan saya boleh mengalami kebangkitan seperti itu. Amin
.


HARI RAYA PASKA
20 April 2025

Kis 10,34a.37-43
Kol 3,1-4
Yoh 20,1-9

Posting 2024: Tiga
Posting 2020: Ayo Lari
Posting 2019: Paska Sexy Killers

Posting 2018: Tiga Cinta

Posting 2017: Parade Maido

Posting 2016: Bukan Yesus Yang Mati
 
Posting 2015: Selamat Paska, Jangan Lelah

Posting 2014: Bukan Bukti, melainkan Saksi

Previous Post
Next Post