Perut bukanlah lokasi favorit orang jatuh cinta, tetapi peranannya dalam sejarah dunia tak bisa diremehkan. Pada suatu masa ketika bangsa Israel Kuno luntang luntung di padang gurun sekeluarnya dari Mesir, perut mereka jadi alasan mengapa roti dari langit turun dan air keluar dari batu. Entah bagaimana versinya, bangsa ini percaya bahwa Allah menjamin mereka dengan makan minum yang membuat perut mereka tak terus menerus menyimpan sensasi lapar dan haus. Meskipun demikian, tradisi kebijaksanaan Israel sendiri sesungguhnya juga sudah menunjukkan bahwa makan minum yang sejati terletak pada wahyu Allah sendiri, yang sudah diterima bangsa Israel sejak Musa memimpin mereka keluar dari tanah Mesir. Hanya kebebalan hati manusia sendirilah yang membuat wahyu Allah itu tak terlihat sebagai makan minum yang sejati.
Teks bacaan utama hari ini kembali menegaskan hal itu lewat klaim yang diletakkan pada mulut Yesus bahwa dialah roti hidup yang adalah wahyu Allah itu. Seperti nasib wahyu Allah lainnya, di hadapan orang bebal, yang kelihatan hanya apa yang mengenyangkan dan memuaskan perut. Tentu ada benarnya, mosok wahyu Allah bikin perut kelaparan dan kehausan. Wahyu Allah itu sudah sewajarnya membuat manusia sejahtera. Apa artinya menerima wahyu Allah dan perut keroncongan terus. Daripada mikir wahyu kan lebih baik makan wagyu!
Akan tetapi, begitulah kata orang Jawa, hidup ini memang ada wagunya karena berbagai ironi di sana sini. Itu berlaku juga bagi mereka yang mengklaim diri percaya pada klaim Yesus sebagai roti hidup. Saya tidak akan ulang cerita Tony de Mello yang sudah saya sitir pada posting Kucing Anjing Kelinci. Cerita itu menjadi sangat relevan untuk melihat betapa penyesatan terus terjadi sejak zaman jebot sedemikian rupa sehingga orang tidak lagi bisa melihat di mana sesatnya karena ikon ilahi menjadi idol bikinan manusia sendiri. Anda bisa bayangkan bahwa klaim Yesus mengenai Bait Allah kemudian ditafsirkan sebagai Gereja sendiri yang didirikan oleh Yesus Kristus dan kemudian berujung pada pembangunan gedung ibadat senilai 20 milyar rupiah di area yang umumnya orang membangun tempat tinggal senilai beberapa puluh atau ratus juta saja!
Sulit diterima bahwa pembangunan gedung ibadat seperti itu adalah wujud iman orang yang melihat dan percaya dan datang kepada Yesus. Sulit, sulit, sulit, tidak perlu vokal pertama disamakan dengan vokal kedua. Itu lebih mudah ditangkap sebagai ketertarikan orang pada kemegahan, kejayaan, keagungan yang terlihat mata kepala tapi bertolak belakang dengan mata batin. Mungkin itu seperti orang yang tahu bagaimana membangun kepercayaan dirinya dengan sit up, tapi toh tidak melakukannya.
Semoga Anda dan saya gimana gitu. Amin.
RABU PASKA III
7 Mei 2025
Posting 2020: Roti-roti Hidup
Posting 2019: Kerohanian Sportif
Posting 2018: Sirene dan Strobo
Posting 2016: Roti Hidup vs Hati Korup
Posting 2015: Broken, Bright Life
Posting 2014: Awas Kekuatan Gelap!

2 responses to “Perut”
Papahku pernah bilang gini, perut lapar bikin ngga bisa berpikir tapi kekenyangan malah bikin bego.
LikeLike
Betul kiranya ya. Mungkin baru setelah kenyang orang bisa berpikir bahwa ternyata dia bego😅
LikeLike