Mungkin ada gunanya memahami Allah sebagai God of Surprises ala Gerard W. Hughes, sejauh paham itu terkoneksi dengan bagaimana orang bertindak bagi sesamanya. Beberapa puluh tahun lalu, di sebuah kantor pos besar metropolitan, saya dapati seorang anak gadis sedang duduk di tangga menunggu jualannya. Saya tidak ingat lagi apa yang dijualnya. Jajanan pasar, kelihatannya. Saya mengenali wajahnya dan di tengah keramaian orang lalu lalang itu saya menghampirinya dan memanggil namanya. Ia tampak terkejut luar biasa dan perbincangan selanjutnya lebih didominasi oleh ungkapan perasaannya yang sungguh tak tak habis pikir bagaimana mungkin saya menyapanya di tempat publik seperti itu dan dalam keadaannya sedang berjualan jajanan pasar. Saya sendiri malah heran mengapa dia terkejut luar biasa. Menurut saya, itu biasa saja.
Saya tidak sedang memberi image kerendahhatian: bahwa saya yang berstatus sosial tinggi saat itu mau menyapa anak gadis tanpa make up dengan keranjang dagangan di samping ia duduk. Alasan saya sederhana: saya kenal anak itu.
Lha, ya itu namanya rendah hati, Rom, mau kenal orang apa pun keadaan mereka.
Ya seterah elu dah. Rendah hati tuh pertama-tama kenal diri sendiri, bukan kenal orang lain.
Teks bacaan utama hari ini adalah wacana setelah pembasuhan kaki murid-murid Yesus; dan, sayangnya, oleh mereka yang hidupnya keblinger dengan nasihat moral, tindakan pembasuhan kaki itu segera dihubungkan dengan teladan kerendahhatian. Semoga masih ada yang menangkapnya sebagai perwahyuan-diri Allah: bahwa Dia mengenal sungguh ciptaan-Nya dan pengenalan itu membawa kedalaman relasi sehingga cinta bisa dicurahkan lewat relasi itu. Kedalaman relasi, seperti yang dilakukan Yesus kepada murid-muridnya, berujung pada kemuridan komuniter yang selalu bertujuan ke luar kepentingan diri kelompok itu sendiri.
Dengan demikian, mungkin dua pertanyaan reflektif bisa dilontarkan. Pertama, apakah ketakjuban relasi antarmanusia membawa ketakjuban relasi Anda dan saya dengan Tuhan? Kedua, apakah komunitas yang Anda dan saya bangun punya tujuan kemaslahatan? Jika keduanya negatif, jangan-jangan kualitas kemuridan kita mengalami stagnasi karena tiadanya relasi yang sangat dinamis.
Tuhan, mohon rahmat keteguhan hati untuk senantiasa mencari, menemukan, dan melaksanakan kehendak-Mu dalam setiap momen hidup kami. Amin.
KAMIS PASKA IV
15 Mei 2025
Posting 2020: Plandemi
Posting 2019: Allah Salah Kaprah
Posting 2018: Love is in the air
Posting 2017: Move On, Please!
Posting 2016: Kartini Kok Pasif
Posting 2015: Simbol Cinta
Posting 2014: Menolak Lupa
