Ojol Ali

Published by

on

Rencana aksi ojol hari ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional dan teks bacaan utama hari ini juga tak jauh-jauh amat dari situ. Ini bukan endorsement bagi Anda untuk ikut aksi, tetapi bisa jadi Anda melihat bahwa salah satu manifestasi mandat teks bacaan hari ini ialah bahwa Anda [seharusnya] tidak hidup sendirian. Posting kemarin mengenai individualisme menyiratkan mentalitas hidup sendirian di tengah-tengah kerumunan banyak orang, terasing satu sama lain, karena tidak adanya relasi yang tulus.

Bisa jadi, rencana aksi ojol ini adalah manifestasi roh yang merongrong status quo yang gagal menata hidup bersama, tak mampu mengelola negara kaya raya, dan membiarkan hukum rimba berlaku. Tidak sedikit dari ojol yang saya tumpangi, drivernya adalah sarjana yang kehabisan akal untuk mencari pekerjaan dan berwira usaha. Yang begini ini adalah makanan empuk untuk mereka yang punya kapital finansial dan teknologi informasi. Tentu saja, mereka yang berduit dan berpengetahuan tidak jahat pada diri mereka sendiri karena semua orang mengidamkan hidup sejahtera. Akan tetapi, dalam sistem yang kepentingan publik tak terjamin negara, hukum rimba berlaku.

Janji Yesus untuk tidak meninggalkan murid-muridnya termanifestasikan dalam roh yang menantang individualisme. Roh macam begini bukan sembarang roh yang mengedepankan kolektivisme alias ubyang-ubyung dema-demo ke sana kemari tanpa jelas juntrungannya, melainkan roh yang memantik orang untuk melihat hidup dari perspektif keadilan sosial. Salam sejahtera yang ditinggalkan Yesus dalam teks bacaan hari ini bukanlah salam murahan basa-basi di mimbar pejabat, melainkan salam yang mengangkat martabat pendengarnya: bangun, mari lanjutkan peziarahan kita!

Ziarah ke manakah? Ke dalam hidup yang lebih berkeadilan sosial. Itulah yang dikerjakan Allah, itulah yang dikerjakan Yesus. Maka dari itu, mandat Yesus itu sebetulnya juga menjadi reminder supaya orang tidak lupa bahwa yang dikerjakan Yesus bukanlah perkara tentang dirinya: kehebatannya, kemampuannya, keberaniannya, ketekunannya, dst. Ini adalah perkara Allah yang mencintai makhluk-Nya.

Paralel dengan itu, juga kalau rencana aksi ojol itu ditangkap semata perkara nasib mereka yang dipertentangkan dengan nasib pemilik perusahaan atau pemilik modal, salam sejahtera itu salah sasaran; “Semoga semua makhluk berbahagia” pun menjadi semu. Barangkali kasus Jembatan Haji Endang bisa jadi contoh sketsa bagaimana negeri ini dikelola: jika hajat hidup orang banyak tak dikelola baik-baik oleh negara, hanjuk pengelolanya ngapain kalau bukan gabut?
Masih mending gabut, Rom, ada juga yang jadi tikus nggerogoti APBN!
Yaaaaa, itulah salam sejahtera yang diberikan oleh dunia ini; dan jangan lupa bin ojo lali, pesan Yesus dalam teks ini begitu kuat terhadap jenis salam sejahtera itu: janganlah gelisah dan gentar hatimu!

Tuhan, mohon rahmat kekuatan untuk bertekun dalam damai sejahtera-Mu. Amin.


SELASA PASKA V
20 Mei 2025

Kis 14,19-28
Yoh 14,27-31a

Posting 2020: Where are you, Grace?
Posting 2019: Dagelan Ilahi
Posting 2018: #2019GantiAnjing

Posting 2017: Legawa Nan Cerdas

Posting 2016: Generasi Mawar?

Posting 2015: Salam Damai Gombal

Posting 2014: Imagine… No Countries, No Religions

Previous Post
Next Post