Apa kunci perbedaan damai yang diberikan Guru dari Nazareth dan yang diberikan dunia? Jawabannya ada pada alinea pembukaan UUD ’45: rahmat. Tanpa rahmat, kedamaian bersifat semu dan rentan terhadap aneka konspirasi dunia, meskipun ada keinginan luhur. Mengapa semu dan rentan? Karena bersyarat dan syaratnya semata bergantung pada konspirasi dunia tadi, dengan segala sebutannya. Rahmat melampaui vulnerability konspirasi dunia dan memungkinkan orang beriman mengalami kedamaian juga dalam puncak kerapuhannya. Dengan keinginan luhur semata, kerapuhan demi kerapuhan bisa bikin orang putus asa. Ilustrasi mengenai anjing pengejar kelinci yang akhirnya putus asa sudah saya tuliskan dalam posting Kucing Anjing Kelinci.
Teks bacaan pertama hari ini mengingatkan saya pada film Legend of the Fist yang kami tonton tadi malam di cinema XX, tapi juga Dragon Wu Xia yang saya tayangkan beberapa hari lalu. Seperti biasanya, jagoan ambyar dulu, bahkan Tang Long dalam Dragon Wu Xia sengaja dibuat mati suri dengan totok titik saraf vagus (apaan tuh) di lehernya. Raut detektif Xu Bai-jiu kelihatan jelas menyiratkan kegagalannya menghidupkan kembali Tang Long. Tentu saja, ini bukan film rohani, meskipun tema pertobatan untuk hidup barunya begitu mencolok. Akan tetapi, tidaklah sulit dipahami bahwa roh Tang Long kembali bukan karena upaya detektif Xu Bai-jiu semata. Di sana ada anggota gerombolan “72 Iblis” yang meratap dan mengundang supaya roh Tan Long kembali.
Paulus dirajam oleh orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium sampai mereka mengira Paulus mati sehingga diseretlah tubuh Paulus ke luar kota. Akan tetapi, ketika para muridnya berdiri mengelilingi ‘mayat’ Paulus, Paulus ini mak jegagig ikut berdiri njuk balik lagi masuk kota sebelum keesokan harinya berangkat ke kota lain, Derbe. Apakah Paulus menjelek-jelekkan orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium yang telah merajamnya? Saya tidak tahu, tidak dikatakan dalam teks juga. Akan tetapi, dari Derbe, Paulus kembali lagi ke Listra, Ikonium, dan Antiokhia. Mencari orang-orang yang merajamnya? Tidak! Sekurang-kurangnya tidak dikatakan dalam teks. Malah dituturkan bahwa Paulus menguatkan saudara-saudaranya di situ, menasihati mereka untuk bertekun dalam iman dan meyakinkan mereka bahwa untuk mengalami damai sejati, orang beriman malah mesti mengalami penderitaan!
Adakah orang yang menyambut penderitaan untuk mengalami kedamaian sejati jika tak ada rahmat yang menyertai? Adakah orang yang dari dirinya sendiri memilih hidup miskin, taat, selibat? [Loh loh loh kok jadi bawa-bawa barang beginian?🤭] Apa ada orang yang sengaja memilih membangun keluarga dengan tujuan supaya ambyar? Rasa-rasanya aneh juga kalau ada. Akan tetapi, pun jika orang menyambut keambyaran, munculnya kekuatan untuk merajut keambyaran itu tak berasal semata dari dirinya sendiri. Bisa dari anak-anaknya, dari sahabatnya, dari bangsanya, dan seterusnya. Anak-anak, sahabat, dan bangsa itu, seakan menyerukan panggilan kenabian. Menariknya, menurut Alquran, kenabian itu adalah satu karakter dari rahmat. Paulus menjadi rahmat bagi yang lain. Ia tak membalas dendam para perajamnya, tidak juga show off. Dia menyambut penderitaannya sebagai bagian dari panggilan kenabiannya dan memberikan penghiburan dan peneguhan bagi yang lain.
Tuhan, izinkanlah kami menjadi rahmat terutama bagi mereka yang terabaikan. Amin.
SELASA PASKA V
12 Mei 2020
Posting 2019: Dagelan Ilahi
Posting 2018: #2019GantiAnjing
Posting 2017: Legawa Nan Cerdas
Posting 2016: Generasi Mawar?
Posting 2015: Salam Damai Gombal
Posting 2014: Imagine… No Countries, No Religions
Categories: Daily Reflection