Ferragosto

Published by

on

https://media.gettyimages.com/id/1334276704/photo/aerials-of-sicilys-beaches-amid-heatwave.jpg?s=1024x1024&w=gi&k=20&c=CHIMyen2wm9bW2nFB6OkccRDi17UWyzU6F9bEocVM5c=

Konon, pada tahun 18 Sebelum Masehi, kaisar Octavianus Augustus menetapkan bulan istirahat yang diisi dengan aneka perayaan pesta keagamaan. Maka disebutlah sebagai ferie di Augusto, yang lama kelamaan jadi ferragosto. Awal bulan dipakai untuk memperingati penaklukan Alexandria yang terjadi sekitar 12 tahun sebelumnya, saat Cleopatra dan Marcus Antonius kalah dalam perang Actium. Bentuk perayaannya beraneka ragam, mulai dari pesta, permainan rakyat, ritual, balapan kuda, dan sebagainya. Katanya, yang paling penting adalah pesta tanggal 13 Agustus yang didedikasikan untuk dewi Diana, dewi kesuburan dan keibuan, yang kuilnya ada di Aventino. Aneka macam pesta itu ditutup di akhir bulan dengan perayaan dewi Opis, pelindung panen gandum.

Nah, karena penerus Augustus pada abad ke-4 Masehi bersimpati pada kekristenan, kultus terhadap dewa-dewi politeis itu mulai redup di hadapan perayaan keagamaan Kristen. Salah satunya, pesta untuk memuja dewi Diana itu kemudian tergantikan oleh perayaan Bunda Maria terangkat ke surga, yang diperingati setiap tanggal 15 Agustus. Tentu saja, karena 15 Agustus tidak selalu jatuh pada hari Minggu, di Indonesia dirayakanlah pada hari Minggu terdekat dan karena hari Minggu terdekatnya tahun ini jatuh pada tanggal 17 Agustus, kalahlah Bunda Maria dari pesta kemerdekaan RI (jangan tanya apakah itu pesta beneran atau tak lebih daripada ritual untuk menutupi keprihatinan). Jadi, dirayakanlah peringatan Bunda Maria diangkat ke surga itu pada hari Minggu ini.

Pada masa ferragosto tahun 2009, saya nekat bertahan di Roma, tidak seperti teman-teman lain yang berlibur entah ke Spanyol, Perancis, Jerman, dan lain-lainnya. Sebetulnya bukan berniat nekat bertahan, melainkan karena izin tinggal saya sudah habis. Keluar dari Italianya gampang, baliknya yang pasti jadi runyam. Terjadilah, pada masa ferragosto itu saya kepanasan di Roma. Bukan hanya saya yang kepanasan karena suhu minimal 40ºC, melainkan juga laptop saya meledak dan mengepulkan asap karena harddisknya tidak tahan lagi bekerja sepanjang siang itu. Tak seperti Bunda Maria diangkat ke surga, asap dari laptopnya doang yang naik ke langit-langit kamar saya. Saya lebih senang kalau harddrivenya sekalian membubung ke atas dan SSD baru turun dan bisa saya pasang pada laptop.

Doktrin Buda Maria diangkat ke surga menginspirasi sekurang-kurangnya saya untuk mempersoalkan apakah seluruh raga saya turut memuliakan Allah bersama jiwa yang tertambat pada-Nya. Saya tidak punya pengalaman baby blues, tetapi para mahmud yang baru saja melahirkan mungkin bisa menjadi contoh bagaimana pergumulan diangkat ke surga: menata seluruh mekanisme hormonal yang memengaruhi perasaan dan pikiran supaya ciptaan baru sungguh-sungguh menjadi rahmat bagi dunia. Ini mudah saya omongkan tetapi sayangnya saya tak bisa mengalaminya.

Semoga Anda dan saya, bersama jiwa dan raga masing-masing membawa kemuliaan Allah dalam aneka rupanya. Amin.


HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA
(Hari Minggu Biasa XIX C/1)
10 Agustus 2025

Why 11,19;12,1.3-6.10
1Kor 15,20-26
Luk 1,39-56

Posting 2023: Tessera
Posting 2020: Ndherek Langkung
Posting 2019: Belajar dari Jin Salib

Posting 2018: Ditinggal Malah Senang?

Posting 2017: Maria adalah Kita

Posting 2016: Ngimpi Doa

Posting 2015: Kavling Badan di Surga

Posting 2014: Tolong Doa’in Prabowo Dong

Previous Post
Next Post