People Power Selesai

Masih berkaitan dengan posting Tek Kotek Kotek Konteks kemarin [ya semua berkaitan dengan itu sih], teks bacaan hari ini bisa juga dimengerti dari perspektif orang yang sensi. Maaf, bukannya saya mau mendegradasi orang yang easy going, ini cuma salah satu cara untuk memahami teks saja kok. Kalau saya diminta promosi sih saya sodorkan sensitive easy going [piyé jal?].
Balik lagi ke sensi. Kalau lagi sensi, orang biasanya mematrikan kata-kata orang lain dalam pikiran dan perasaannya. Dibawa melamun ke sekolah, ke kantor, ke mal, bahkan ke toilet, tetapi kata-kata itu tak ikut dikeluarkan bersama substansi yang keluar dari perangkat pembuangannya. Celakanya lagi, ‘teks’ yang dibawanya ke mana-mana itu cuma dimengerti dari sudut pandangnya sendiri. Alhasil, sensinya tidak membuatnya jadi easy going.

Lha ya Romo ini lucu, mana mungkin orang easy going jadi sensi? Ya mungkin saja toh, kan tadi sudah saya bilang, kalau saya promosi, saya sodorkan sensitive easy goingGimana caranya orang bisa easy going tapi sensitif dan sebaliknya gimana orang bisa sensitif tetapi easy going? Ya rajin-rajinlah menambah sudut pandang untuk melengkapi sudut pandang sendiri, barangkali dengan itu malah Anda selamat.

Contohnya: teksnya people power. Ini contoh lho ya. People power ini semula di kepala Anda isinya adalah gerakan kedaulatan rakyat untuk menumbangkan penguasa yang sah. Nah, jebulnya gagasan itu terjerat pasal tentang gerakan makar. Mati aku!
Kalau begitu, perkayalah dengan sudut pandang lain. Misalnya, people power itu gerakan rakyat yang harus diupayakan kalau koridor konstitusional tak bisa dilakukan. Jadi, karena upaya konstitusional sudah ditempuh, dengan sendirinya people power berhenti.
Bagus, bagus, bisa ambil nafas. Tetapi gimana dengan tuntutan upaya konstitusionalnya yang juga sama-sama memaksakan kalahnya orang yang menang atau menangnya orang yang kalah? Gimana kalau tuntutan itu ditolak? People powernya berhenti gak ya?😂 Sudah telanjur kirim ambulans berbatu dan bagi-bagi duit je, belum lagi nyawa para martir yang sudah berteriak-teriak lewat keluarganya menuntut Jokowi bertanggung jawab.

Ya sudahlah, Rom, easy going aja, abaikan contoh itu. Poinnya, teks itu tetap bunyinya begitu, tetapi cara memahaminya bisa berubah dan berkembang, gitu kan?
Anda layak dapat bintang. Kebenaran bukan sesuatu yang dogmatis tak bergerak, melainkan hal yang terus menerus dimengerti dengan aneka konteks baru. Maka dari itu, Guru dari Nazareth dalam teks hari ini seakan-akan menyatakan bahwa semua sudah cukup, sudah selesai diwacanakan. Bagaimana itu nanti dimengerti akan bergantung pada roh yang membantu murid-muridnya memahami teks itu.

Dogma agama, apa pun labelnya, bunyinya ya begitu itu. Kalau dogma itu tak bisa lagi diubah rumusannya, ya tak perlu bingung, karena orang tidak hidup dari dogma. Yang penting bukan rumusannya, melainkan kontekstualisasinya. Dengan cara itu, dengan keterbukaan pada sudut pandang lain, relevansi dogma malah bisa ditemukan tanpa harus ribut dengan pihak-pihak yang berbeda karena pemahaman baru didapatkan.

Tuhan, utuslah Roh-Mu supaya kami semakin mampu mengerti Sabda Cinta-Mu. Amin.


RABU PASKA VI
29 Mei 2019

Kis 17,15.22-18,1
Yoh 16,12-15

Posting 2018: Gaya Baru
Posting 2017: Wong Kagol

Posting 2016: Butuh Teman

Posting 2015: Roh Kudus Juru Blusuk

Posting 2014: Berhala Itu Bernama…