Jangan Jangan Takut Takut

Dua teks bacaan hari ini terhubungkan dengan nasihat supaya jangan takut. Ini juga nasihat aneh seperti nasihat kemarin. Takut kok dilarang, apa gak bikin orang yang tadinya gak takut malah jadi takut?😂 Halah dibahas… Sudah jelas poinnya: takut itu bikin orang susah move on, maka ini bukan lagi soal takut sebagai perasaan, seperti orang takut ketinggian, takut anjing, takut janggut, takut ular, takut terluka, takut sakit, dan seterusnya.

Saudara-saudara Yusuf takut bahwa sepeninggal Yakub, ayah mereka, Yusuf akan membalas dendam. Karena takut itu, mereka merekayasa permintaan terakhir Yakub. Permintaan Yakub sebenarnya cuma supaya dikubur di anu, tapi njuk diteruskan ke Yusuf supaya dia mengampuni saudara-saudaranya. Gabener nih. Eh… sebentar, saya juga gak tahu ding apakah Yakub dulu bilang begitu atau tidak, tetapi pokoknya mereka takut Yusuf tidak mengampuni mereka. Apa jawab Yusuf? Kira-kira ya “Lu kira gw Allah?” Yang artinya: kalau mau takut, ya takutlah sama Allah, yang (menurut bacaan kedua) berkuasa membinasakan jiwa raga di neraka.

Menariknya, Yusuf sama sekali tidak mengingkari rasionalitas saudara-saudaranya yang berparadigma balas dendam. Maksud saya, dia juga melihat rekayasa jahat saudara-saudaranya dan tidak melihatnya sebagai sesuatu yang baik. Akan tetapi, Yusuf menunjukkan bahwa Allah, yang pantas ditakuti tadi, bisa mengubah rekayasa jahat itu dalam skenario kebaikan-Nya. Nah, kalau rekayasa jahat saja bisa dipoles sehingga bisa masuk dalam proyek kebaikan Allah, kenapa orang mesti takut menyuarakan Kebenaran?
Ya daripada bikin gaduh, Rom.
Ah, yang bener, takut gaduh atau takut dimusuhi?
Suwèr, gak mau aja bikin suasana gaduh, Rom!
Ha njuk yang dibikin Guru dari Nazareth itu apa kalau bukan kegaduhan? 
Dia mengacak-acak orang beragama yang korup, yang mempolitisasi agama dan mengagamaisasi politik loh! Itu gaduh bênêran!
Oh, jadi Romo ini setuju ya kita mengacak-acak agama?
Loh piyé to iki malah ikutan korup? Yang bilang Guru dari Nazareth mengacak-acak agama siapa? Saya kan bilang yang diacak-acak itu orang beragamanya.
Ya wis sakkarêpmu Rom, buat saya sama aja, mengacak-acak orang beragama ya mengacak-acak agamanya.

Kalau sudah tiba pada ‘sakkarêpmu’ ya saya tinggal mringis saja toh?
Saya kembali ke poin bacaan kedua: jangan takut untuk menyampaikan Kebenaran. Memang orang bisa galau dengan cara-cara tertentu karena menganggapnya bisa membahayakan agama, tetapi tak ada fakta sejarah yang menunjukkan bahwa agama hancur karena Kebenaran. Kalau itu sampai terjadi, artinya agama itu memang tidak sinkron dengan Kebenaran dan sudah selayaknya dihancurkan. Yang penting, menurut saya, dalam menyampaikan Kebenaran itu, orang menggunakan akal sehat dengan hati tertambat pada Allah.

Haiya justru itu problemnya, Rom, gimana tahunya hati kita tertambat pada Allah? Entahlah, saya bukan Allah, tetapi sekurang-kurangnya kalau orang jujur pada dirinya sendiri, dia punya jalan ke sana. Barangkali metode yang disodorkan Uğur Gallenkuş bisa dicoba: melihat oposisi biner supaya menemukan apa yang sesungguhnya mendapat rida Allah. Bisa jadi konsep surga-neraka-suka-duka-tenang-galau orang beragama itu tak relevan dan perlu terus ditransformasi.

Tuhan, mohon rahmat keberanian untuk mewartakan Kebenaran-Mu, bukan kebenaran seturut wudêl kami sendiri. Amin.


SABTU BIASA XIV C/1
13 Juli 2019

Kej 49,29-32;50,15-24
Mat 10,24-33

Sabtu Biasa XIV B/2 2018: Jihad Yuk!
Sabtu Biasa XIV A/1 2017: Persekusi
Sabtu Biasa XIV C/2 2016: Jangan-janganisme

Sabtu Biasa XIV B/1 2015: Transparan Itu Sesuatu
Sabtu Biasa XIV A/2 2014: Guru Tak Lebih dari Muridnya

3 replies

  1. Hi morning Fr. Andre. Love to read your reminder today about always speaking up truth, but indeed the bravery to only behold to truth is massively costly. Experienced it few times (with those life changing effects) but yeaah though with some slight regret, at least it’s like speaking up conscience (keep in mind there’ll always a possibility somebody’s feeling gets hurt or offended🤭). Memang kita jg harus bijak menimbang apakah itu bukan kebenaran versi kita sendiri atau kebenaran yang sungguh bermuara pada Tuhan spt tulisan Rm. Mesti cari tahu nih apa itu metode oposisi biner (maybe like seeing any event from two totally contrasting perspectives?) but thanks for a good read this morning. Happy weekend Mo🙏

    Like

    • Haha iya Bu’ met weekend. Sayangnya Kebenaran itu memang seperti kemarin sy bilang: mendatangkan cinta atau benci. Pasti lebih ribet lagi kalau dilihat dng kategori feeling. Met weekend juga Bu’.

      Like

  2. Iih bener banget, mendatangkan cinta atau benci nya itu. Baru terefleksi dg pengalaman lalu itu: wow that lil truth (or critic about attitude to be precise) bisa mengubah sikap orang tersebut yg awalnya kesannya gimana (respectful, trusting etc) ke direction yg bertolak belakang (memusuhi, eneg dll). What a damn*ed force speaking up conscience can cost us!! Ini aja gak pakai feeling, more on professionalism perspective. Hahah ok lah kudu move on katanya kan😁

    Like