Belajar Demo Dulu

Saya ingat semasa SMP saya dulu ada STM yang sudah berstigma Sekolah Tawuran Massal. Itu yang membedakan STM dari SMP tempat saya menuntut ilmu. Di sekolah saya, tidak dikenal keroyokan. Kalau ada yang butuh berkelahi, ya satu lawan satu, yang lainnya jadi penonton. Tentu tidak di sekolahan, tetapi di jalan sepi dekat sekolahan, dan di sanalah kami menyalurkan bakat kekerasan. Bakat saya tak berkembang di situ, bahkan sampai pada tahun 1998, saya malah menahan kawan untuk membalas tembakan polisi dengan lemparan batu. Ini sudah saya tulis dalam komentar atas posting kawan blogger berjudul 98. [Semoga dikau mendapat berkat-Nya, Bung.]

Dengan landasan pilihan itu juga, Forum Kota 1998 dulu terbagi dua. Yang memilih jalan nonviolence mengambil nama Famred, yang tidak saya ikuti lagi perkembangannya karena saya sudah mesti fokus pada skripsi [dan sekarang skripsi lagi😂😂😂]. Ini barang yang membuat saya tertunduk; semakin banyak membaca, semakin sadarlah saya begitu banyak hal yang tak saya ketahui. Itu juga yang membuat saya tak berani menilai hitam putih gerakan mahasiswa 2019, yang jebulnya diikuti juga oleh adik-adiknya siswa SMK. Semoga adik-adik SMP tidak meniru ulah kakak-kakaknya, supaya yang SD juga tak perlu menangis, entah karena gas air mata atau mantan yang belum kunjung tiba.

Itu intermezzo. Yang mau saya sampaikan berkenaan dengan teks hari ini adalah kegelisahan tak kunjung padam dalam diri Herodes. Kritik Yohanes mengusik hatinya, dan keterusikan yang bersifat pribadi itu berujung pada kematian Yohanes. Akan tetapi, belum tenang batinnya, muncul sosok Guru dari Nazareth, yang pengikutnya mulai bertambah banyak. Penasaranlah Herodes bahkan sebelum ia jadi arwah. Wajar, rumor mengenai Guru dari Nazareth itu berhembus di wilayah kekuasaannya. Kalau terjadi kekacauan di wilayahnya, tentu ia mendapat pressure dari atasannya, kekaisaran Romawi. Orang seperti Herodes ini belum mati, masih merepresentasikan diri sekarang dalam wujud mereka yang gila kekuasaan, entah dia dalam posisi penguasa atau tidak.

Kemarin saya mendapat cerita orang pertama berkenaan dengan 40 tahun Revolusi Iran dan di situ dijelaskan adanya proxy war. Ada Herodes-Herodes yang punya kepentingan dengan kekuasaannya dan untuk itu mereka mesti mengintervensi stabilitas wilayah lain. Saya, bodohnya, tak punya peta global. Akan tetapi, bahkan meskipun tak tahu peta globalnya, orang tetap bisa berpegang pada prinsip.
Ini berbagi pengalaman saja ya. Sewaktu kami bergerilya mengadakan rapat gerakan, kami punya kesepakatan bersama supaya sebisa mungkin terbebas dari provokator. Maka dari itu, selain dua saf pertama di bagian luar barisan mahasiswa jadi pagar betis dan negosiator, ada saf ketiga yang berperan mengamati gerakan dalam barisan sendiri. Pada saat saya mendapat tugas di saf ketiga ini, saya tidak berfokus pada jaket almamater, melainkan pada perilaku orang dalam barisan saya. Begitu ada dorongan dari belakang, tanpa ragu saya berteriak,”Woeeee, sekali lagi dorong-dorong, kalianlah provokatornya!”

Kalau itu diproyeksikan sekarang barangkali begini. Begitu dalam barisan ada orang yang berteriak “Turunkan Jokowi”, Anda mesti tahu bahwa ini di luar agenda gerakan dan mesti ambil sikap untuk menarik diri sesegera mungkin, kecuali kalau Anda memang mau menurunkan Jokowi. Akan tetapi, kalau betul begitu, Anda jangan mengklaim sebagai pembawa amanah reformasi 1998, karena tak ada agenda reformasi 1998 yang targetnya menurunkan Jokowi. Yang pada masa ini hendak menurunkan Jokowi, presiden terpilih, adalah representasi Herodes yang gila kekuasaan itu, yang panik karena kerja Jokowi, dalam keterbatasannya, merongrong kekuasaan mereka.

Semoga Anda berkenan mendoakan presiden 55% supaya diberi kebijaksanaan dan kesehatan yang cukup untuk menghadapi aneka macam teror dari dalam maupun dari luar. Amin.


KAMIS BIASA XXV C/1
26 September 2019

Hag 1,1-8
Luk 9,7-9

Kamis Biasa XXV B/2 2018: Apa Urusan Anda?
Kamis Biasa XXV A/1 2017: Dasar Kirik
Kamis Biasa XXV C/2 2016: Silent Mode

Kamis Biasa XXV B/1 2015: Mari Berkurban
Kamis Biasa XXV A/2 2014: Memuaskan tetapi Sia-sia…Hadeh