Selagi mengantre salah satu lampu merah di persimpangan, mata saya tertuju pada promosi cat yang katanya antigrafiti. Terbayang di benak saya kecanggihan cat ini: dia bisa membelah diri, lumer dari tembok trus nemplok di muka para pencorat-coret tembok orang sehingga mereka kesulitan untuk mencorat-coret tembok orang.
Nah, cat canggih ini tak akan bisa menghalangi pembuat grafiti yang dikisahkan dalam bacaan pertama hari ini. Tahu kenapa? Karena yang bikin grafiti itu gak ada mukanya.
Meskipun begitu, tak perlu dipersoalkan muka pembuat grafiti itu seperti apalah karena yang penting grafitinya sendiri: hitungan mundur berakhir, ditimbang terlalu ringan, dipecah-pecah. Rupanya itulah yang membuat Raja Belsyazar mengalami tremor hebat.
Loh, bukan, Rom, dia tremor karena kebanyakan minum anggur sampai mabuk. Fisiknya tak kuat menanggung pengaruh alkoholnya.
Ya itu kan cuma penjelasan biologi, lha wong ceritanya dia baru pucat dan gemetar setelah melihat grafiti tiga kata tadi kok.
Lha itu cuma trigger, Rom, tanpa tulisan itu pun cepat atau lambat dia akan mengalami tremor hebat njuk sempoyongan. Ha wong begitulah dampak kebanyakan alkohol.
Ya wis mbohlah…😂😂😂
Saya bukan penggemar alkohol. Empat tahun di Eropa dengan pergaulan internasional tak membuat saya tertarik minum minuman beralkohol, apalagi di tempat beriklim panas. Ebuset, hawa panas, sumuk, minum alkohol, buat apa jal? Tapi saya bukan antialkohol sih, kecuali kalau saya hendak nyetir, saya jadi anti. Entah kalau itu dikombinasi dengan obat antimabok, jadinya gimana. 😂😂😂 Lha ini kok malah jadi bahas alkohol tuh gimana ceritanya ya. Kembali ke grafiti ya.
Entah grafiti tadi hanya sebatas trigger atau memang grafiti itu adalah penyebab Raja Belsyazar pucat dan gemetar, ukuran dan timbangan itu memang bisa bikin pikiran orang terpecah-pecah.😂😂😂 Canda mulu nih!
Kalau mau serius, mari lihat apa yang dibuat Raja Belsyazar itu. Dia melecehkan perkara bait Allah. Sebetulnya bisa dimengerti bagaimana dia melecehkan bait Allah, wong memang dia tak punya prinsip tauhid. Kalau orang tak menghidupi tauhid, apa artinya bait Allah? Tak beda dari bait-bait lainnya selain bahwa yang satu dibuat dengan batu bata, yang lain dengan cor, perkakas tanah atau emas, anggarannya sekian milyar atau cuma beberapa juta, dan seterusnya. Tapi jebulnya, Belsyazar bermupeng juga terhadap perkakas bait Allah.
Itu sudah! Yang bikin perkara justru bahwa Belsyazar tertarik pada perkakas bait Allahnya, bukan Allahnya, bukan hidup berprinsip tauhidnya!
Apakah itu hanya terjadi pada Belsyazar? Ya tidak! Bisa jadi orang tertarik pada agama Allah, daripada Allahnya sendiri! Bisa jadi orang tergila-gila pada nabinya daripada Allahnya sendiri!
Nah lo, seperti apa itu tertarik pada agama dan nabi Allah tetapi bukan pada Allahnya sendiri ya?
Seperti saya dan Anda yang bombastis mengenai kerajaan Allah atau kasih atau keadilan tetapi perilakunya jauh panggang dari api. Nah, kalau sudah begitu, tak ada yang tak tremor di hadapan ukuran dan timbangan.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan dan ketekunan untuk merealisasikan cinta-Mu dalam pikiran, kata, dan perbuatan kami. Amin.
RABU BIASA XXXIV C/1
27 November 2019
Dan 5,1-6.13-14.16-17.23-28
Luk 21,12-19
Rabu Biasa XXXIV B/2 2018: Agama Penjajah
Rabu Biasa XXXIV A/1 2017: Hakim Sendiri
Rabu Biasa XXXIV C/2 2016: Sabaran Kuda
Rabu Biasa XXXIV B/1 2015: Mbok Sabar Melulu
Rabu Biasa XXXIV A/2 2014: Sabar, Brow!
Categories: Daily Reflection