Bunga Melotot

Bacaan pertama hari ini sudah dibacakan pada perayaan dua hari lalu (eMak Zul), sedangkan bacaan ketiganya sudah dibacakan pada perayaan empat hari lalu (Berkawan dengan Disrupsi). Bacaan kedua menggarisbawahi kepentingan penulis teks Matius, yang menempatkan Yosef sebagai protagonis kisah kelahiran Yesus. Seperti sudah saya singgung dalam posting Keluhuran Islam, Yosef berfungsi melegitimasi nubuat Yahudi bahwa Mesias berasal dari trah Daud. Itu relatif penting untuk Kristen Yahudi. Paulus menunjukkan dimensi lain yang tidak dibatasi oleh legitimasi Yahudi: kebangkitan.

Sampai di situ, jelaslah pembeda keyakinan Yahudi dan Kristen (termasuk Islam juga), yaitu iman akan kebangkitan. Akan tetapi, apakah perbedaan itu membawa pemisahan? Bergantung penganutnya sendiri. Kalau umat beragama mementingkan identitas agama lebih dari kemanusiaan, pemisahan tak terelakkan. Segitunya, sampai kata ‘Natal’ pun bisa sedemikian magis sehingga tak boleh dilafalkan, sebagaimana kata ‘assalamualaikum’. Saya pernah dikutuk oleh keponakan saya yang masih TK lantaran saya berucap inshaAllah.

Iman akan kebangkitan yang membedakan keyakinan tiga ‘agama dunia’ itu tak semestinya memisah atau memecah kemanusiaan justru karena iman akan kebangkitan memperkokoh kemanusiaan. Akan tetapi, itu hanya mungkin kalau yang berbeda itu mengambil sikap belajar dari yang lain bahkan meskipun tampaknya tak mungkin. Bagaimana mungkin orang Yahudi belajar dari keyakinan iman Kristen akan kebangkitan Kristus? Tampak mustahil, bukan? Wong gak percaya akan kebangkitan Kristus kok mau belajar dari keyakinan akan kebangkitan!

Omong-omong, saya sendiri, sebagai orang Katolik, baru ngeh akan kebangkitan setelah saya belajar dari suatu fresco di Istanbul. Kebangkitan adalah pertama-tama soal hidup persekutuan dengan Allah. Artinya, itu bukan soal orang mati suri dan bangun lagi. Ini bukan soal kesaksian orang yang melihat cahaya putih nan damai menyejukkan dan bertemu dengan pendahulunya dan diminta untuk kembali ke dunia ini. Kebangkitan ialah soal perspektif yang mengatasi keterbatasan dunia kematian, yaitu dunia material, baik di sini maupun di ranah mereka yang sudah mati. Ini adalah dunia persekutuan dengan Allah. Contoh dalam bacaan hari ini jelas: Yosef, sebagai protagonis. Ia bangun dari tidurnya dan mengambil langkah seperti ditunjukkan malaikat Tuhan.

Hanya dengan perspektif seperti itu, kebangkitan, persekutuan dengan Allah dapat direalisasikan. Hanya dengan prosedur begitu, Natal dimungkinkan. Artinya, setiap orang beriman mengalami Natal, entah kata itu dipersoalkannya atau tidak: dalam hidupnya, ia bersekongkol dengan Allah dan kadang-kadang untuk bisa bersekongkol dengan Allah, ia butuh bantuan orang lain untuk menguji apakah persekongkolannya memang klop dengan kehendak Allah atau semata-mata karena menjalankan kewajiban agama yang tak pernah jadi miliknya sungguh-sungguh.

Bersama Yosef, setiap orang beriman, sekali lagi, perlu menimbang setiap saat apa yang dikehendaki Allah darinya demi kemanusiaan yang lebih AMDG. Ini tak perlu harus tidur dan menunggu mimpi yang di dalamnya ada malaikat Tuhan memberi perintah ini itu. Bisa jadi orang beriman zaman now justru mesti melek atau melotot terhadap lingkungan sekitar dan melihat ke mana Allah menghendakinya untuk berjalan.
Tuhan, mohon rahmat supaya kami semakin peka mendengar dan menjalankan kehendak-Mu.
Amin.


HARI MINGGU ADVEN IV A/2
22 Desember 2019

Yes 7,10-14
Rm 1,1-7

Mat 1,18-24

Posting 2016: Bunga Tidur