Konon Nabi Muhammad Saw bersabda begini,”Tidaklah seseorang dikatakan beriman jika ia kenyang, tetangganya merasakan kelaparan.” Saya sharing bukan untuk menganggap diri beriman seperti disabdakan Nabi, melainkan untuk menunjukkan bagaimana orang lain menghayati iman. Kemarin saya dapati kelebihan nasi bungkus di tempat saya bekerja dan saya bawalah kelebihan itu untuk dibagikan kepada mereka yang kiranya membutuhkan. Salah satunya seorang bapak tua penarik gerobak sampah di tengah cuaca panas. Saya tanya apakah sudah makan, dan sepertinya agak ragu-ragu menjawabnya. Saya menghentikan kendaraan saya di depan dan mengambil tas plastik berisi nasi bungkus. Saya maunya berikan semua (supaya tak usah cari-cari orang lagi), tetapi bapak itu mengatakan cukup satu. Saya bilang untuk teman atau keluarga, tetapi bapak itu tetap mengatakan cukup satu.
Sore harinya saya buka medsos dan saya dapati klip video yang dibagikan seorang sohib di negeri yang kasus Covid-19nya terparah saat ini. Isinya langsung mengingatkan saya pada bapak tua penarik gerobak sampah tadi.
Saya tak tahu tautan asal klip video tersebut, tetapi Anda bisa mengaksesnya pada tautan https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10156720364585443&id=668605442 atau https://www.facebook.com/163535427182120/posts/1393560494179601/
Keranjang gantung itu tidak hanya jadi simbol kebijaksanaan praktis pengikut Nabi, tetapi juga merealisasikan doa yang diajarkan Guru dari Nazareth: berilah kami rezeki pada hari ini. Asumsinya, orang-orang beriman tahu diri untuk berkata “cukup” dan berpartisipasi dalam hidup bersama supaya yang lain juga bisa mengatakan “cukup”. Sebetulnya model seperti keranjang gantung inilah yang hendak diterapkan juga di negeri ini, tetapi sayangnya, IMHO, penerapannya diberi label hukum agama sehingga pecinta label (agama) lain merasa tereksklusi. Padahal, tanpa label itu pun sebetulnya orang bisa mengerti bahwa maksud, tujuan, kerohaniannya tak berbeda secara signifikan. Tingkat keberterimaan lahir batinnya bisa meluas.
Tokoh Yudas yang dikisahkan hari ini rupanya tak bisa mengatakan “cukup” atas karunia hidup yang diterimanya. Ia mengukurnya dengan uang perak bahkan dengan cara berkhianat. Bagi orang-orang seperti ini, tidak ada kamus “cukup”, dan dengan demikian, keranjang gantung atau gratis nasbung tidak relevan. Tindakan amal atau karitatif hanya jadi kendaraan untuk mereka yang haus kekuasaan atau ambisi sosial. Kalau demikian, kalau ujung-ujungnya orang haus kekuasaan memanipulasi amal, apakah tindakan karitatif relevan? Apakah agama relevan?
Tentu saja relevan sejauh tidak disalahgunakan. Yang membuat agama dan tindakan karitatif itu tidak relevan adalah mereka yang menyalahgunakannya. Yudas, dengan demikian, adalah contoh makhluk yang menyalahgunakan agama. Apakah dia sendirian? Tentu tidak, karena dia juga tak akan berkhianat jika tak ada pemuka agama yang haus kuasa dan memberi iming-iming kepingan perak kepada Yudas. Yudas khilaf, karena yang ditukarnya itu bahkan jauh lebih berharga dari kepingan emas.
Baiklah Anda dan saya berfokus pada Allah yang jebulnya bisa mentransformasi kehidupan juga dari yang “jahat”, yang mengkhianati bumi. Saya tidak mengatakan bahwa Covid-19 adalah tentara Allah, tetapi Allah mengizinkan semesta mentransformasi diri. Persoalan kembali kepada manusianya: mau merealisasikan keranjang gantung atau berakhir dengan tiang gantung.
Tuhan, mohon kekuatan dan perlindungan supaya di tengah situasi sulit kami dapat menemukan cara untuk mencintai-Mu. Amin
HARI RABU DALAM PEKAN SUCI
8 April 2020
Posting 2019: Serangan Fajar
Posting 2018: Notorious Seto
Posting 2017: Iman Oportunis
Posting 2016: Mari Berkhianat
Posting 2015: Faith: Always Inclusive
Posting 2014: Wani Piro: Betraying The Wisdom
Categories: Daily Reflection
Baru kali ini lihat video ini. Sangat menginspirasi dan cukup menampar sisi hati yang lain yg kadang selalu ingin lebih sehingga lupa bersyukur untuk “cukup”
LikeLike
Iya ya Bu? Tapi mungkin di tempat Ibu ada praktik2 serupa? Di Jawa ini ada jimpitan, tiap keluarga menaruh satu sendok beras tiap hari di depan rumah, yang nantinya akan diambil petugas ronda dan suatu saat bisa dipakai utk kepentingan karitatif itu.
LikeLike
Sepertinya tidak ada Pak. Di sini juga ada model jimpitan tetapi sepertinya bukan utk kepentingan begitu. Tapi entah jugalah, saya juga kurang tahu.
LikeLike