Taken for granted

Dalam kalender liturgi Gereja Katolik hari ini dirayakan kelahiran Yohanes Pembaptis. Alasannya sederhana. Kelahiran Guru dari Nazareth kan sudah ditentukan tanggal 25 Desember dan hitung-hitungan dalam Kitab Suci menunjukkan selisih satu semester antara kandungan Maria dan Elisabet, berarti pendahulunya ini juga satu semester sebelum 25 Desember. Jangan tanya saya kenapa bukan 25 Juni, karena saya juga tidak tahu apakah Guru dari Nazareth itu memang lahir 25 Desember. 

Secara astronomis, bolehlah diterima bahwa 25 Desember termasuk dalam periode titik balik matahari musim dingin (winter solstice) di daratan EropaMaksudnya, kutub utara berbalik posisinya untuk mulai mendekati matahari. Dengan kata lain, seakan-akan terang matahari muncul mendekati kutub utara. Sebaliknya, 24 Juni termasuk dalam periode titik balik matahari musim panas (summer solstice) di belahan bumi utara. Pada masa itu, posisi terdekat kutub utara dengan matahari mulai menjauh. Dengan kata lain, seakan-akan puncak terang itu mulai menurun. Biar tidak begitu puyeng, ini saya sisipkan gambarnya (tahun 2008):

Akan tetapi, penentuan kalender liturgi dalam Gereja Katolik kiranya tidak semata mengikuti perhitungan astronomi, yang sebisa mungkin diperhitungkan dengan segala perubahannya. Di situ, bolehlah diingat apa yang disodorkan penulis Yohanes mengenai Yohanes Pembaptis dan Guru dari Nazareth. Yohanes Pembaptis bukan terang itu, dan dikatakanlah “biarlah Dia semakin besar dan aku semakin kecil”. Artinya, Yohanes Pembaptis lahir pada periode summer solstice untuk mempersiapkan Guru dari Nazareth yang lahir pada periode winter solstice. Ini adalah pemaknaan simbolik terhadap kenyataan astronomi untuk memahami relasi Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nazareth: Yohanes Pembaptis ‘hanyalah’ antisipasi terhadap terang yang akan datang. Apa yang mengantisipasi terang yang akan datang itu?

Semalam kami melanjutkan bagian terakhir trilogi Condor (itu loh, The Legend of the Condor Heroes, The Return of the Condor Heroes, dan The Heaven Sword and Dragon Saber). Pada episode ke-4 dikisahkan pasutri Yin Susu dan Zhang Cuishan meminta Xie Xun memberi nama bagi bayi mereka. Nama yang diberikan itu sama sekali tak memuat marga pasutri itu demi menghormati pemberi nama yang telah kehilangan anak tunggalnya.
Pemberian nama anak Zakharia dan Elisabet kira-kira seperti itu, dalam hal nyeleweng dari kebiasaan atau tradisi masyarakat Yahudi. Kiranya ini hanyalah salah satu antisipasi terhadap terang: ketika orang mendalami apa yang taken for granted.

Yohanes Pembaptis adalah simbol pribadi yang lahir dalam kondisi ekstraordinaria, bukan saja karena secara teoretis Elisabeth tak mungkin melahirkan anak, melainkan juga bahwa hidupnya di luar kebiasaan orang pada umumnya. Itu pantas dipikirkan orang beriman: apakah cara beragamanya selama dan pascapandemi ini plěk dengan kebiasaan sebelumnya, atau ada perubahan fundamental. Penamaan anak Zakharia bukan perkara receh karena nama yang diberikannya sungguh menguak maksud Allah, bukan ambisi pribadinya sendiri.

Juga dalam hidup beragama, orang dapat tergelincir oleh ambisi pribadi dan memakai nama, atribut, perkumpulan semu untuk memanipulasi Allah dan sesamanya.
Ya Tuhan, mohon rahmat supaya kami dapat senantiasa bersyukur dan menguak cinta-Mu dalam hidup biasa yang cenderung taken for granted
. Amin.


HARI RAYA KELAHIRAN S. YOHANES PEMBAPTIS
(Senin Biasa XII A/2)
24 Juni 2020

Yes 49,1-6
Kis 13,22-26

Luk 1,57-66.80

Posting 2019: Mukjizat Biasa
Posting 2018: Memeluk Hening

Posting 2017: Apa Arti Namamu

Posting 2016: Hidupku Proyek-Mu, Hidup-Mu Proyekku
 
Posting 2015: Pintu Teater Telah Dibuka

Posting 2014: Bersyukur Itu Gak Gampang