Serial sinetron yang kami tonton semakin jelas menunjukkan konflik cinta segitiga Wuji-Min2-Zhirou. Sayang, ironi antara penonton dan Zhirou mengenai misteri pencuri Pedang Langit dan Golok Naga dipecahkan tanpa melibatkan penyelidikan Wuji. Tahu-tahu ditongolkan adegan flashback Zhirou mengambil pedang dan menikam A Ling. Tapi ya gimana lagi, namanya juga sinetron, biar bagaimanapun punya keterbatasan untuk menjabarkan pergumulan batin tokoh-tokohnya. Jangankan sinetron, hidup konkret sehari-hari pun bahkan tak menjamin orang-orangnya menangkap pergumulan batinnya.
Meskipun hari ini Gereja Katolik memestakan Maria Magdalena, saya terusik untuk membongkar pergumulan batin Wuji, yang disukai Zhirou dan Zhaomin. Wuji sudah bertunangan dengan Zhirou tetapi di hari pernikahan malah pergi mengikuti Zhaomin, yang rupanya tahu di mana sosok ayah angkat Wuji, yang memang dicari-cari oleh Wuji. Jalan tengah yang diambil Wuji ketika digugat Zhirou, yang menantangnya untuk memilih antara dirinya dan Zhaomin, ialah dengan menunda pelaksanaan pernikahannya dengan ketua sekte Emei. Akan tetapi, jalan tengah itu tak dianggap oleh Zhirou, yang kemudian mengambil sikap permusuhan terhadap Wuji. Sebagai figur publik, pemimpin sekte, Wuji ada dalam posisi sulit. Oleh kedua perempuan yang disayanginya itu ia dianggap ingkar janji pada saat ia sendiri sedang fokus memimpin perang pemberontakan. Cinta segitiga memang bikin runyam. Itu baru segitiga, gimana kalau sepuluh atau sepuluh ribu ya?
Guru dari Nazareth mungkin punya pengalaman seperti itu, entahlah. Yang jelas, sosok perempuan yang dikisahkan dalam teks bacaan hari ini pastilah bukan perempuan biasa saja bagi Guru dari Nazareth. Saya yakin mereka punya relasi afektif yang sangat dalam selama Guru dari Nazareth tampil dalam pelayanan publiknya. Meskipun demikian, bahkan dalam relasi afektif yang sangat dalam sekalipun, kesalahpahaman tak terhindarkan. Wuji disalahpahami oleh Zhaomin dan Zhirou pada saat ia mau berdiri netral sampai ada pembuktian kasus hilangnya Pedang Langit dan Golok Naga. Kedua perempuan itu menganggap Wuji tak percaya pada mereka (yang salah satunya memang tak bisa dipercaya).
Guru dari Nazareth mengerti betul apa yang dicari Maria Magdalena. Ini sosok perempuan yang tak puas dengan dimensi kognitif, tak kenyang dengan kabar mengenai kebangkitan gurunya. Ia ingin merawat jazad gurunya. Dalam arti tertentu, Maria seakan-akan menginginkan tubuh gurunya, bukan kebenaran yang diwartakannya. Apa daya, Sang Guru ini tak membiarkan diri digenggam oleh Maria. Bukan hanya oleh Maria, melainkan juga oleh Zhaomin dan Zhirou #eh.
Pesta Maria Magdalena senantiasa mengingatkan saya pada keterbatasan manusia untuk menangkap kedalaman. Senantiasa ada luputnya sebagaimana Maria tak mengenali gurunya sendiri yang sudah masuk dalam dunia kedalaman. Begitu juga kiranya Gereja, seperti Maria, bisa luput mengenali kehadiran Allah. Akan tetapi, bagaimanapun luputnya, sejauh Gereja tidak berhenti pada (kepentingan) dirinya sendiri, mengklaim kebenaran mutlak bagi dirinya sendiri, dan bergerak ke luar mewartakan kemuliaan Allah dengan hidupnya, keluputan itu akan terkoreksi sendiri oleh sapaan Allah lewat aneka saluran. Siapakah Gereja? Ya Anda, saya, dan siapa saja yang berkehendak baik membangun tatanan hidup bersama yang berkemanusiaan dan berkeadilan.
Tuhan, mohon rahmat untuk bergerak menuju kedalaman cinta-Mu. Amin.
PERINGATAN WAJIB ST. MARIA MAGDALENA
(Rabu Biasa XVI A/2)
22 Juli 2020
Posting 2019: Jantung Hati
Posting 2017: Kemplang Aja Bleh
Posting 2016: Kenapa Nangis?
Posting 2015: Tak Usah Takabur
Posting 2014: You Need Love
Categories: Daily Reflection