Kerapuhan Cinta

Sudah sejak penciptaan, Allah menahan diri dari intervensi langsung terhadap semesta dan memercayakan keberlangsungan hidup kepada kebebasan manusia. Itu berarti Allah terbuka pada potensi kejahatan yang mungkin saja dibikin aktual oleh manusia sendiri, sebagaimana ditanggung oleh anak-anak tanpa dosa yang jadi korban ketamakan kuasa. Tiada cinta tanpa kerapuhan atau kelemahan: sudah dalam dirinya terkandung potensi penolakan atau penyangkalan, bahkan jika cinta itu adalah Allah sendiri.

Itu adalah paradoks cinta yang justru bikin cinta jadi ‘masuk akal’. Kalau cinta tak memberi ruang pada potensi kerapuhan, kelemahan, penolakan, penyangkalan, bukan cinta lagi namanya, melainkan tiran. Tirani memberangus kebebasan dan membuat kekuasaan jadi segala-galanya. Jika Allah tak memberi ruang pada kerapuhan manusia, bisa jadi Dia adalah tiran dan manusia seutuhnya adalah robot yang hanya bisa tunduk terhadap segala perintah-Nya.

Maka dari itu, peristiwa pembunuhan bayi besar-besaran oleh Herodes demi melenyapkan orang yang dia anggap membahayakan kekuasaannya tidak perlu melulu dipakai sebagai fakta untuk menyangkal eksistensi Allah dengan segala sifat baik-Nya, tetapi untuk melihat keluasan hati Allah sendiri. Sedemikian luasnya hati Allah itu sehingga bahkan kerapuhan manusia tetap terjangkau oleh cinta-Nya.

Tuhan, berilah kami rahmat untuk meneladan dan membuat cinta-Mu jadi aktual dalam hidup kami, termasuk untuk memeluk potensi kerapuhannya. Amin.


PESTA KANAK-KANAK SUCI
(Hari Keempat Oktaf Natal)
28 Desember 2020, Senin

1Yoh 1,5-2,2
Mat 2,13-18

Posting 2019: Salahkan Saja Masa Lalu
Posting 2018: Touch-scream

Posting 2017: Kayak Sinetron

Posting 2016: Beternak Herodes
 
Posting 2015: The Source Awakens